Pemerintah Kota Bekasi melalui Dinas Kesehatan bakal menjamin dan menanggung biaya operasi pemisahan bayi kembar siam bernama Ahmad Rahman Al Ayyubi dan Ahmad Rahim Al Ayyubi yang berusia 10 bulan ini.
Meski menelan dana sekitar Rp 1 miliar. Tahap awal, Pemerintah Kota Bekasi akan menjalin koordinasi dengan Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, Jakarta Barat yang menangani proses kelahiran bayi kembar siam,
“Informasinya tersebut sudah saya terima dari Kepala Puskesmas Bintara Jaya hari ini,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi Tanti Rohilawati saat dihubungi, Senin (29/7/2019).
Tanti mengatakan, koordinasi dengan rumah sakit yang menangani Rahman dan Rahim perlu dilakukan untuk mengetahui rekam jejak medis bayi mungil tersebut.
Selain itu, lembaganya juga perlu mengetahui tindakan selanjutnya pasca pembedahan sekaligus segala risiko yang terjadi setelah proses operasi.
“Kita juga harus menghitung estimasi biayanya dan saya juga harus melaporkan hal ini ke beliau (Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi,” imbuhnya.
Mengenai berat badan mereka, kata Tanti, angka 10 kilogram untuk ukuran dua bayi memang jauh dari berat ideal. Padahal di usia 10 bulan, seharusnya satu bayi memiliki berat badan 10-12 kilogram.
“Itulah makanya, saya minta ke Kepala Puskesmas untuk melaporkan secara tertulis mengenai kondisi medis si bayi. Dari situ akan ada penanganan lanjut, termasuk proses pemisahan mereka,” kata dia.
Nasib malang dialami bayi kembar siam bernama Ahmad Rahman Al Ayyubi dan Ahmad Rahim Al Ayyubi berusia 10 bulan di Bintara Jaya, Bekasi Barat, Kota Bekasi. Tidak hanya tubuhnya yang menyatu, namun organ jantung dan hatinya bahkan menyatu sehingga aktivitas mereka sangat terbatas.
Bayi kembar pasangan suami istri (pasutri) Romi Darma Rachim (35) dan Ika Mutia Sari (30) ini lahir dengan cara dicesar di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat pada 24 September 2018 lalu. Meski bertahan hingga sampai usia 10 bulan, namun bayi mungil ini perlu mendapat bantuan.
Apalagi bobot badannya tidak ideal seperti bayi seusianya. Saat ditimbang di rumah sakit, berat badan badan mereka hanya 10 kilogram dengan usia 10 bulan.
Meski organ jantung dan hatinya menyatu, namun mereka masing-masing memiliki organ tersebut. Hanya saja kinerjanya tidak maksimal karena posisinya saling menempel antara tubuh Rahman dan Rahim.
Selain tubuh dan organnya menyatu, satu dari dua bayi kembar itu ada yang menderita kelainan otak bawaan atau istilah medisnya dandy walker syndrome. Kondisi ini dialami oleh Rahim, yang merupakan bungsu dari empat saudara.
Sementara sang kakak kembar siam yakni Rahman, kondisinya sehat. Bahkan organ jantung Rahman membantu denyut jantung sang adik yang dianggap dokter cukup lemah untuk memompa darah.
“Si Rahman kalau dipanggil pasti dia merespon seperti mencari-cari orang yang memanggil, tapi kalau Rahim cenderung diam. Mungkin karena bawaan dari penyakit dandy walker syndrome,” ujar Romi.