Indonesia merupakan negara keempat dengan jumlah penduduk terbesar di dunia dan menjadi ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Namun, di saat yang bersamaan, ketersediaan dan akses air bersih menjadi sulit dijangkau. Ketidakseimbangan supply and demand menjadi pemicu awal krisis air di Indonesia.
Kementerian PUPR memperkirakan jumlah air perkapita di Pulau Jawa akan berkurang menjadi 476 m3/orang di tahun 2040. Angka ini jauh di bawah nilai air perkapita yang ideal, yakni sebesar 1600m3/orang.
Berdasarkan data dari BAPPENAS, sumber air rumah tangga terbesar di Indonesia berasal dari air tanah. Sebanyak 74% rumah tangga masih memanfaatkan air tanah sebagai sumber air utama.
Jaringan air pipa yang disediakan pemerintah dan swasta hanya mampu melayani 18% rumah tangga di tingkat nasional. Sisanya, sebesar 6% rumah tangga bergantung pada air sungai atau hujan dan 3% lainnya dari air kemasan atau sebagainya.
Hanya empat dari 44 sungai besar di Jawa yang memenuhi standar kelas 2 berdasarkan PP No. 22 Tahun 2021 atau hanya layak digunakan untuk rekreasi air. Bahkan, di wilayah ibukota, DKI Jakarta, dari 13 aliran sungai, sebanyak 71% diantaranya tercemar berat, 20% tercemar sedang, dan 9% sisanya tercemar ringan.
Di sisi lain, kondisi air tanah di DKI Jakarta juga tidak kalah memprihatinkan. Hampir setengah dari air tanah di Jakarta telah tercemar kotoran tinja dengan 80% diantaranya mengandung bakteri e. Coli.
Di Indonesia, sebanyak 50.000 kematian prematur dan 120 juta kasus penyakit disebabkan oleh waterborne disease (penyakit yang dibawa oleh air). Hal ini didukung oleh studi World Bank Water and Sanitation Program (WSP) memperkirakan bahwa Indonesia kehilangan USD 6,6 miliar atau setara dengan 2,4% GDP nasional akibat sanitasi yang buruk.
Di sisi lain, perubahan iklim yang ekstrim menyebabkan kemarau yang berkepanjangan sehingga sumur mengering dan menjadi asin. Krisis air ini menjadi semakin parah seiring pandemi COVID-19.
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang diolah oleh BAPPENAS menunjukkan bahwa konsumsi air domestik rata-rata meningkat, yakni dari 147 liter per orang per hari pada 2018 menjadi 157 liter per orang setiap harinya pada 2020.
Berdasarkan permasalahan tersebut, The 19th Civil Engineering National Summit (CENS) UI termotivasi untuk menyelenggarakan konferensi dengan tema “Water Crisis: Redesigning Urban Water Cycle to Obtain Sustainable Water Supply” yang akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 12 Maret 2022 pukul 9 hingga selesai, melalui platform zoom meeting.
Tahun ini, CENS UI berencana untuk mengundang Basuki Hadimuljono, Menteri PUPR, selaku keynote speaker. Selain itu, kami juga mengundang Jarot Widyoko, Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR, Firdaus Ali, Founder dan Ketua Indonesia Water Institute (IWI)), Heru Dewanto, IPU Kepala Persatuan Insinyur Indonesia (PIII) 2018-2021, Febri Andriani, Kepala Departemen Learning Resource Center Yokogawa Indonesia, dan Dwi Handaya, Dewan Pakar dan Dewan Pengawas Indonesia Water Association (IdWA). Konferensi ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya registrasi.
Melalui konferensi ini, diharapkan agar seluruh pemangku kepentingan yang terkait dapat menghasilkan skema pengolahan air berbasis teknologi yang efektif dan aplikatif terhadap masalah ini dengan mensinergikan penyediaan sistem pengelolaan limpasan air, penyediaan air minum, dan pengelolaan air limbah domestik untuk mencapai ketahanan air yang berkelanjutan.