Pemkab Bekasi Tetapkan 6 Flora dan Fauna Sebagai Ikon Daerah

Lutung Jawa
Lutung Jawa

Pemerintah Kabupaten Bekasi menetapkan enam jenis flora dan fauna khas sebagai kandidat ikon daerah.

Nama-nama kandidat ikon tersebut telah melalui proses seleksi yang panjang dan nantinya pilihan akan diserahkan kembali ke masyarakat setempat lewat mekanisme voting.

Kabar ini disampaikan oleh Kepala Bidang Ekonomi dan Pembangunan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda), Indra Wahyudi.

Dia menjelaskan, enam calon ikon Kabupaten Bekasi yang terpilih terdiri atas masing-masing tiga flora dan fauna khas daerah.

Seleksi flora dan fauna didasarkan pada kajian terkait kondisi lingkungan hidup, sejarah, dan faktor lain yang dilakukan sejak dua tahun lalu.

Indra mengatakan Pemkab Bekasi telah memilih bunga teratai, manga dalban daram, dan bunga alkesa dari kelompok flora.

Teratai dan alkesa dipilih karena banyak ditemukan di wilayah tersebut. Buah alkesa sering disebut sebagai sawo Belanda, berwarna kuning seperti sawo pada umumnya tetapi rasa daging buahnya seperti ubi jalar.

Sedangkan manga dalban daram telah diresmikan oleh Kementrian Pertanian sebagai buah khas Kabupaten Bekasi. Bahkan, manga dengan nama ilmiah Mangifera indica itu memiliki sertifikat varietas lokal dengan nomor 1978/PVL/2023.

Balitbangda mulanya mendapat informasi mengenai tanaman mangga dengan ukuran besar di wilayah Muaragembong. Setelah diperiksa, ternyata mangga ini banyak dibudidaya oleh warga setempat.

“Saya melihat langsung ke lapangan, buahnya cukup besar dari mangga varietas lain. Satu mangga ada yang mencapai 2 kg. Saya menilai buah ini belum ada di daerah lain, hanya ada di Muaragembong, akhirnya kami berinisiatif mengidentifikasi bersama Kementerian Pertanian,” kata Indra, Minggu (12/3/2023).

Adapun tiga fauna yang dipilih Pemkab Bekasi sebagai kandidat ikon daerah adalah lutung Jawa, burung blekok bluwek, dan betet.

“Rata-rata fauna ini ada di wilayah utara, seperti lutung Jawa di Muaragembong. Cuma di Muaragembong yang asli, karena memang tinggal di pohon mangrove,” ujar Indra.

Habitat dan populasi Lutung Jawa terancam

Pada akhir tahun lalu, habitat lutung Jawa di Desa Pantai Bahagia, Muaragembong disebut terancam karena penyusutan lahan mangrove. Primata ini memang mencari makan dan tinggal pada ekosistem bakau.

“Pohon mangrove tidak cukup banyak untuk mereka tinggal. Karena terus ada pembukaan lahan tambak,” ujar Ahmad Qurtubi, Wakil Ketua Kelompok Sadar Wisata Desa Pantai Bahagia.

Dari penuturannya, Qurtubi menyebut bahwa luas lahan mangrove yang biasanya ditinggali 100 ekor lutung Jawa saat ini hanya tersisa 14 hektare dari semula 40 hektare.

Padahal satu kelompok kecil yang terdiri dari 7 sampai 10 ekor individu idealnya membutuhkan 12 hektare lahan untuk bertahan hidup.

Qurtubi juga menyebut populasi lutung Jawa kian terancam karena aktivitas perburuan yang tinggi, meskipun hewan ini masuk kategori dilindungi oleh pemerintah. Padahal sampai sekarang, keberadaan lutung Jawa masih menjadi daya tarik wisata

Rupanya hal inilah yang menjadi salah satu pertimbangan Balitbangda dalam penetapan ikon daerah, dengan harapan keanekaragaman hayati ini terjaga kelestariannya.

“Jadi, minimal itu bagaimana flora dan fauna ini tidak punah. Seperti diketahui jumlah populasi lutung Jawa sudah sangat sedikit, maka diharapkan dukungan ini bisa mencegah kepunahan,” ujar Indra.

Jajak pendapat pemilihan flora dan fauna ikon Kabupaten Bekasi akan dibuka bagi seluruh warga dengan KTP setempat. Sampai saat ini telah ada 800 suara yang masuk.

“Target kami membuka jajak pendapat untuk diisi oleh masyarakat secara merata di seluruh kecamatan. Jajak pendapat ini sudah dibuka sejak Februari lalu dan masih berjalan hingga saat ini,” tutur Suriadi selaku Ketua Tim Jajak Pendapat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *