Merujuk data Badan Standarisasi Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Indonesia memiliki 23% luas hutan mangrove di dunia dengan salah satu penyebarannya di Pesisir Pantai Utara Jawa.
Tepatnya di Kampung Beting Desa Pantai Bahagia, Muaragembong, Bekasi yang menjadi salah satu pusat perhatian ekosistem mangrove.
Sayangnya, luas lahan mangrove yang sebelumnya mencapai 10.481,15 hektar kini hanya tersisa 1.028,64 hektar.
Akibatnya, sering terjadi peresapan air laut ke daratan yang menyebabkan penurunan kualitas lingkungan, terhambatnya ekonomi warga, kerusakan fasilitas, hingga terganggunya aktivitas belajar mengajar.
Banjir air rob yang kerap terjadi menyebabkan siswa harus melewati genangan air dan lumpur. Tidak jarang, mereka harus menunggu perahu sebagai akses satu-satunya menuju sekolah.
Adapun dampak air rob juga mendatangkan kiriman sampah kota sehingga mencemari lingkungan. Akibatnya, sanitasi air dan lingkungan terganggu sehingga mempengaruhi kualitas kesehatan warga.
Menyikapi hal tersebut, mahasiswa/i Fakultas Komunikasi batch 24 Program Studi Ilmu Komunikasi konsentrasi International Relations Communication melaksanakan program pengabdian masyarakat melalui komunitas “Groovengers”.
Program ini dikemas dalam bentuk kegiatan mengajar dan menanam mangrove.
Adapun edukasi yang diberikan terkait pengelolaan lingkungan seperti, cara mengelola sampah organik dan non-organik, bagaimana memanfaatkan sampah plastik, bersikap preventif dalam mengurangi abrasi serta mengetahui pentingnya manfaat reforestasi.
Selain membekali edukasi lingkungan, program yang melibatkan 37 mahasiswa serta 3 dosen LSPR ini juga melakukan aksi penanaman 300 bibit mangrove bersama.
Tidak hanya itu, kegiatan reforestasi mangrove tersebut merupakan hasil donasi masyarakat umum yang diadakan secara langsung melalui media sosial Groovengers.
Muhamad Hidayat selaku dosen pengampu mata kuliah Community Development LSPR beranggapan bahwasannya kondisi di lokasi Desa Pantai Bahagia, kecamatan Muara Gembong saat ini dapat dilihat dengan mata terbuka sangat amat memprihatinkan.
“Beragam permasalahan lingkungan yang terjadi secara terus-menerus, terutama resiko terkait dampak dari banjir rob”, kata Hidayat.
“Adanya inisiasi seperti program yang dilancarkan Groovengers memiliki sisi urgensi untuk dilakukan dalam upaya mendorong mundur dampak serta akibat yang ditimbulkan oleh alam dan ancaman perubahan iklim” lanjutnya.
Dalam program ini, Groovengers turut mengundang Candy Hernandez,selaku dosen pengampu mata kuliah Communicating Climate Change.
Berkaitan dengan topik urgensi perubahan iklim, dirinya beranggapan bahwa Desa Pantai Bahagia, kecamatan Muara Gembong memiliki kondisi bermasyarakat yang cukup parah dengan banyaknya dampak-dampak yang ditimbulkan oleh banjir rob.
Untuk itu, perlu dilakukannya program pengembangan masyarakat untuk tak hanya menciptakan kehidupan bermasyarakat yang berkelanjutan, namun juga untuk membantu lokasi-lokasi yang belum terjamah masyarakat luas.
“I really appreciate for the whole team and for choosing this place for your community service. Groovengers really choose one of the sustainable campaigns of LSPR which is mangrove tree planting” dalam pemaparannya saat sesi wawancara.
Dirinya juga mengatakan bahwa krisis iklim dan juga perubahan iklim adalah salah satu permasalahan utama yang memiliki tingkat urgensi tinggi untuk diselesaikan.
“Climate change or climate crisis is for real. People are really suffering, this is a crisis that needs to be address. I hope that the younger generations will continue this community service”.
Duta Pariwisata Jawa Barat tahun 2023, Serafin Ernesta Putri Anggari, memiliki pandangan yang sama mengenai perubahan iklim yang hingga saat ini menjadi salah satu permasalahan di seluruh dunia.
“Aku sangat concern dengan hal seperti climate change. Untuk itu, aku merasa sangat terhormat dengan groovengers karena sudah diundang untuk ikut serta dalam program penanaman pohon mangrove. Aku merasa pohon mangrove memiliki impact yang sangat besar terhadap bumi kita, terutama di muara gembong” penjelasannya mengenai perubahan iklim serta program kerja Groovengers.
“Saya harap acara ini sustainable dan bisa membawa dampak yang lebih besar dikemudian hari tak hanya di Muara Gembong, melainkan di seluruh dunia” tuturnya kembali.
Terakhir, Diva Firly Oktaviani, selaku ketua pelaksana program edukasi serta penanaman pohon mangrove yang dilakukan oleh Groovengers serta merta memiliki harapan agar dengan adanya proyek ini dapat memberi manfaat sekaligus pembelajaran berharga bagi mahasiswa/i Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR khususnya kelas IRC24-1TP.
“Lalu, saya berharap dengan kegiatan yang sudah kami persiapkan dari bulan Maret hingga Juli ini di Muara Gembong dapat menjadi salah satu bukti kontribusi kami kedalam tujuan pembangunan berkelanjutan terutama di tujuan nomor 4, yaitu quality education dan tujuan nomor 13, yaitu climate action” tuturnya.
Groovengers berharap dengan berjalannya program-program pengembangan masyarakat lainnya dapat membuahkan hasil serta memberi dampak terhadap kehidupan bermasyarakat, lingkungan, dan menumbuhkan sifat kerelawanan kepada generasi muda serta generasi yang akan datang.