Bekasi  

Kasus Kekerasan Seksual di Bekasi Naik, Korbannya Banyak Pelajar

Bekasi - Ilustrasi korban kekerasan seksual
Ilustrasi korban kekerasan seksual

Kasus kekerasan seksual di Kota Bekasi mengalami kenaikan berdasarkan catatan Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) setempat.

Peningkatan kekerasan seksual yang banyak melibatkan pelajar itu mencapai 42 persen terhitung perbandingan periode tahun 2023 dan 2024.

“Jadi di tahun 2023 kasus sekitar 210, di 2024 itu menigkat menjadi 301 dan didominasi oleh kasus kekerasan seksual ada kenaikan 42 persen,” kata Wakil Ketua KPAD Kota Bekasi, Novrian, Rabu (5/2/2025).

Pelajar SMP mendominasi korban dalam kasus tersebut. Sementara jenis kelamin banyak dari kaum perempuan.

“Mendominasi kasus perempuan, kalau korbannya itu berkisar usia anak sekitar dari balita hingga usia 17 tahun, tapi lebih spesifik SMP,” jelasnya.

Beberapa indikator terkait meningkatnya jumlah perkara tersebut lantaran meningkatnya kesadaran masyarakat perihal kekerasan seksual.

Dibuktikan dengan berkenannya untuk melaporkan peristiwa ke pihak berwajib.

“Padahal peristiwa seperti ini di zaman dulu sudah ada tapi ditutupi dan kesadaran masyarakat bahwa saat ini adalah tindakan pidana yang tidak harus diselesaikan dengan mediasi dan kesadaran mulai tumbuh,” paparnya.

Indikator lainnya menurut Novrian ialah akibat pengaruh konten bernuansa pornografi dan pornoaksi yang ada di sejumlah media.

Kemudian kurangnya perhatian dari orangtua, dalam hal ini ayah dan ibu.

“Perhatian terhadap anaknya kurang dan hampir rata-rata kasus yang saya tangani anak korban kekerasan seksual itu kurangnya perhatian bapak dan ibu tapi hampir rata-rata orang tua yang bermasalah,” tuturnya.

Novrian berharap kedepannya perlu ada sejumlah upaya yang dilakukan untuk menekan jumlah kasus kekerasan seksual.

Upaya itu dengan menjalin kerjasama atau komunikasi intens antara pihak keluarga, sekolah, hingga pengurus lingkungan terkait antisipasi kasus terjadi.

“Tentu erja bareng dari yang sifatnya mikro itu keluarga dan keluarga itu juga sekolah, ada namanya pendidikan keluarga, lalu RT atau RW maupun warga jika melihat seperti anak orang digebukin atau bagaimana dan mereka berpikir tidak boleh ikut campur dan sampai anaknya terluka padahal itu adalah paradigma atau sudut pandang yang salah,” harapnya.

Ikuti Kami di GOOGLE NEWS

Simak berita seputar Bekasi di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Gobekasi.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VarakafA2pLDBBYbP32t. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *