Kabinet Ampera I dibentuk pada 28 Juli 1966 sebagai respons terhadap situasi nasional pasca-peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S). Kabinet ini dipimpin oleh Presiden Soekarno dengan Letnan Jenderal Soeharto menjabat sebagai Ketua Presidium Kabinet, menandai transisi penting dalam tatanan pemerintahan Indonesia menuju stabilitas nasional.
Kabinet Ampera I terdiri dari 30 menteri, di antaranya tokoh-tokoh penting seperti Adam Malik, Idham Chalid, dan Sri Sultan Hamengkubowono IX. Keberagaman tokoh dalam kabinet ini mencerminkan upaya rekonsiliasi dan konsolidasi politik nasional.
Fokus Utama: Pemulihan Politik dan Ekonomi
Tugas utama Kabinet Ampera I adalah memulihkan stabilitas politik dan ekonomi yang terguncang akibat konflik politik dan sosial. Untuk itu, kabinet ini menetapkan program kerja yang dikenal dengan nama Catur Karya Kabinet Ampera, yang mencakup:
1. Memperbaiki kehidupan rakyat, terutama di bidang ekonomi dan kebutuhan pokok.
2. Melaksanakan pemilihan umum sebagai wujud demokrasi yang tertunda sejak 1955.
3. Menjalankan politik luar negeri yang bebas dan aktif, serta menjaga hubungan diplomatik yang seimbang.
4. Melawan imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuknya, sebagai bagian dari identitas nasional pasca-kemerdekaan.
Akhir Masa Jabatan dan Transisi Kekuasaan
Kabinet Ampera I berakhir pada 11 Oktober 1967, saat dinamika politik nasional mengarah pada peralihan kekuasaan dari Soekarno kepada Soeharto. Dalam periode ini, pengaruh Letjen Soeharto semakin besar, menandai awal dari Orde Baru.
Kabinet ini menjadi tonggak penting dalam sejarah Indonesia modern, karena memainkan peran strategis dalam mengatur ulang arah kebijakan nasional setelah masa penuh gejolak politik dan ekonomi di pertengahan 1960-an.
Ikuti Kami di GOOGLE NEWS
Simak berita seputar Bekasi di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Gobekasi.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VarakafA2pLDBBYbP32t. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.