Bekasi  

Benarkah Wali Kota Bekasi tak Melibatkan Wakilnya dalam Mutasi?

Kota Bekasi - Momen keakraban Wali Kota Bekasi Tri Adhianto dan Wakil Wali Kota Bekasi Harris Bobihoe. Foto: Ist
Momen keakraban Wali Kota Bekasi Tri Adhianto dan Wakil Wali Kota Bekasi Harris Bobihoe. Foto: Ist

Kota Bekasi – 19 Aparatur Sipil Negara (ASN) eselon II Kota Bekasi resmi dilantik Wali Kota Bekasi Tri Adhianto pada awal September lalu.

Bersamaan dengan itu, berembus kabar tak sedap. Satu di antaranya promosi jabatan terhadap adik kandung dan adik ipar wali kota di dinas terbilang paling “seksi.”

Adiknya—Satia Wijayanti—ditempakan sebagai Kepala Dinas Kesehatan meski statusnya sebagai dokter hewan.

Suaminya Satia sekaligus ipar orang nomor satu di Kota Bekasi—M Solikhin—bertengger sebagai Kepala Bapenda.

Tak pelak, penempatan jabatan strategis tersebut menuai cibiran, terutama menyangkut Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

Mirisnya, pada proses mutasi itu, terendus kabar miring lainnya terutama dugaan tak melibatkan wakil wali kota Harris Bobihoe.

Ketua Forum Komunikasi Intelektual Muda Indonesia (Forkim) Mulyadi menyayangkan kondisi dimaksud.

Selaku wali kota, Mul berharap Tri Adhianto mengikutsertakan wakilnya guna sinergitas dalam menjalani pemerintahan.

“Agak aneh bila wali kota tak berdiskusi dengan wakil sehingga terkesan meniadakan keberadaan pendampingnya,” katanya Minggu (5/10/2025) sore.

Bila informasi tersebut valid, pemuda gemar berpeci ini khawatir harmonisasi keduanya akan terganggu.

Selaku kader Partai Gerindra, kondisi tak nyaman ini bisa saja membuat Harris Bobihoe meradang.

Mul menilai, selain tak bijak, Tri Adhianto tak belajar dari pengalamannya saat menjabat sebagai wakil wali kota beberapa tahun silam.

Masa itu, saking tidak diberdayakan perannya oleh Rahmat Effendi terdengar kabar sang istri—Wiwiek Hargono—sempat menyesal suaminya menjadi wakil.

Wiwiek kesal karena tugas suaminya sebatas mengikuti kegiatan seremonial belaka seperti, menghadiri pernikahan warga, sunatan dan sejenisnya.

Pengalaman serupa inilah dijalani Harris Bobihoe. Sebagai politisi tulen ditambah berasal dari partainya Presiden RI, keadaan demikian menurut Mulyadi tentu amat mengganggu.

Terlepas ada tidaknya perjanjian pembagian tugas atau dikenal power sharing saat Pilkada, tidak disertakannya pria asal Sulawesi pada proses mutasi—beber Mul—terkesan meremehkan.

Isu beredar sempat diterima aktivis asal Banten dari sejumlah kalangan, sang wakil bahkan tak diberikan pembagian sekecil apapun.

“Kabar itu tentu perlu diklarifikasi lagi. Tapi kalau memang benar, mbok, ya, jangan serakah-serakah banget. Ingat saat masih jadi wakil,” pesan Mul.

Sejauh ini Mulyadi melihat Harris Bobihoe tenang-tenang saja. Saking tenangnya, Harris bahkan tak bereaksi apapun saat Tri Adhianto disuguhi banyak kritik.

Seperti diketahui, belakangan Tri Adhianto dituding melakukan KKN soal mutasi, Silpa KONI, alat olahraga, perubahan nama istrinya, Migas menyangkut foster oil dan banyak lagi.

Diamnya wakil—duga Mul—bisa berarti banyak. Kabar angin beredar, Harris sungkan untuk pasang badan sebelum diminta.

Kabar lainnya, Harris sengaja mendiamkan sambil menunggu momentum tepat untuk mengambil sikap.

Kabar terakhir ini tampaknya duga Mul lebih mendekati kenyataan. Indikasinya terlihat dari komentar miring anggota DPRD dari Fraksi Gerindra, Raden Eko yang terang-terangan menyerang KONI Soal merosotnya prestasi altet pelajar.

“Padahal tudingan Eko terbilang melenceng karena yang disasar mestinya Dispora bukan KONI karena ranah pelajar ada di sana. Apa karena ketua KONI-nya pak Tri,” telisik Mul.

Konteks di atas—duga Mul—bisa saja bagian dari protes terselubung untuk mengingatkan wali kota.

Tak menutup kemungkinan, kritik lain semakin sengit dari para kader yang mulai bosan dengan buaian sang wali kota.

Tanda-tanda pecah kongsi di awal pemerintahan di Kota Bekasi tebak Mulyadi mulai terendus bagai senja tanpa izin pergi meninggalkan matahari.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *