Kota Bekasi – Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, memimpin apel yang sekaligus menjadi panggung penyerahan sejumlah penghargaan: mulai dari Satyalencana Karya Satya untuk aparatur yang loyal, Harmony Award 2025 dari Menteri Agama atas upaya menjaga kerukunan umat beragama, hingga apresiasi untuk atlet jujitsu berprestasi yang mengharumkan nama daerah di Bangkok dan Madiun.
Tri terlihat sumringah saat satu per satu penerima penghargaan maju diantara peserta apel. Ia menegaskan prestasi merupakan bagian penting membangun citra kota.
“Dedikasi, loyalitas, dan prestasi ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus memberikan yang terbaik bagi kota dan masyarakat,” ucap Tri, Senin (1/12/2025).
Namun di balik seremoni yang meriah, sang Wali Kota menyisipkan pesan bernada waspada. Ia menyinggung kondisi ekonomi yang kini tengah menekan kas daerah.
Transfer Daerah Menciut, APBD Tak Bisa Jadi Andalan
Dalam pandangan Tri, keberhasilan pembangunan tak cukup bertumpu pada anggaran pemerintah. Ia menyebut penurunan transfer keuangan dari pusat menjadi tantangan nyata. Pemerintah daerah harus cerdik mencari energi baru untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Dengan eskalasi keuangan dan berkurangnya transfer daerah, kita tidak bisa hanya bertumpu pada APBD. Pusat-pusat kegiatan harus menjadi second line untuk menumbuhkan pergerakan ekonomi,” kata Tri, bersuara tegas.
Kata “second line” menjadi pesan tersirat bahwa Pemkot tengah mencari mesin ekonomi alternatif untuk menyelamatkan belanja pembangunan—mulai dari optimalisasi aset hingga membangun kemitraan bisnis.
Sumber internal Pemkot menyebut, belanja wajib seperti gaji pegawai dan layanan dasar kini menekan ruang fiskal semakin sempit. Proyek-proyek yang bersandar pada anggaran pemerintah harus lebih selektif.
Pentahelix Jadi Andalan, Swasta Didorong Turun ke Arena
Tri meminta jajaran Kepala SKPD menjadi panglima kolaborasi. Model pentahelix—pemerintah, akademisi, komunitas, dunia usaha, dan media—digadang sebagai jurus menghadapi seretnya pendapatan daerah.
“Kunci sukses dari setiap proses pembangunan adalah kerja gotong royong, kerja bareng,” tutupnya.
Sinyal itu jelas: Pemkot Bekasi masih ingin bergerak ambisius. Tapi tanpa kreativitas pendanaan dan dukungan swasta, berbagai agenda pembangunan bisa terancam mandek.
Seremoni Prestasi, Bayang-Bayang Realita
Apel penuh penghargaan itu menjadi kontras dengan situasi lapangan yang kian kompleks—dari masalah layanan publik yang belum merata, hingga proyek-proyek mercusuar yang masih memicu perdebatan publik.
Di tengah gemerlap medali dan piagam, pesan Tri adalah pengingat: kota ini membutuhkan lebih dari sekadar seremoni. Bekasi memerlukan strategi konkret agar tak hanya bangga pada panggung penghargaan, melainkan juga kuat menghadapi badai fiskal yang mulai terasa di depan mata.
Ikuti Kami di GOOGLE NEWS
Simak berita seputar Bekasi di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Gobekasi.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VarakafA2pLDBBYbP32t. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.













