Bekasi  

Bekasi Masih “Aman Pangan”? Prevalensi Ketidakcukupan Gizi Diam-Diam Meningkat

Kota Bekasi - Satgas Pangan Mabes Polri bersama Badan Pangan Nasional melakukan inspeksi langsung ke Pasar Kranggan, Kelurahan Jatisampurna, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi, pada Senin (28/7/2025).
Satgas Pangan Mabes Polri bersama Badan Pangan Nasional melakukan inspeksi langsung ke Pasar Kranggan, Kelurahan Jatisampurna, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi, pada Senin (28/7/2025).

Kabupaten Bekasi – Di tengah geliat kawasan industri dan pusat urbanisasi terbesar di Indonesia, persoalan kerawanan pangan masih membayangi Kabupaten Bekasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Prevalence of Undernourishment (PoU)—indikator jumlah penduduk yang asupan energinya tidak mencukupi—mencapai 4,6 persen pada 2024.

Angka itu memang lebih baik dibanding rata-rata nasional 8,27 persen. Namun tren kenaikannya memantik alarm: naik 0,24 persen dibanding tahun sebelumnya (4,36%), dan melonjak 2,56 persen dalam lima tahun terakhir.

Litani statistik itu menyimpan sebuah paradoks. Kabupaten Bekasi yang dikenal sebagai rumah bagi ratusan pabrik dan proyek infrastruktur strategis justru masih menyimpan warga yang kesulitan memenuhi kebutuhan energi dasar untuk hidup sehat dan produktif.

Di Papan Atas tapi Tak Sepenuhnya Aman

PoU Bekasi berada di posisi kedua terendah di Jawa Barat setelah Kota Depok (4,52%). Bahkan Kota Bekasi—yang bertetangga dan sama-sama berbasis urban—mencatat angka lebih tinggi, yakni 4,88 persen.

Daftar 10 wilayah dengan PoU terendah 2024:

  • Kota Depok – 4,52%
  • Kabupaten Bekasi – 4,60%
  • Kota Bekasi – 4,88%
  • Kabupaten Garut – 5,02%
  • Kabupaten Karawang – 5,10%
  • Kota Banjar – 5,13%
  • Kabupaten Pangandaran – 5,22%
  • Kota Tasikmalaya – 5,31%
  • Kabupaten Cianjur – 5,37%
  • Kabupaten Sumedang – 5,43%

Di ujung satunya, Kota Bogor menjadi wilayah dengan tingkat ketidakcukupan pangan tertinggi di Jawa Barat: 7,98 persen.

Angka yang Masih “Tersembunyi”

Badan Pangan Nasional menyebut PoU sebagai kondisi di mana seseorang secara reguler tidak dapat memenuhi kebutuhan energi untuk hidup normal dan aktif. Mereka mengonsumsi makanan, tetapi energinya jauh dari cukup.

Bagi Bekasi, angka 4,6 persen itu berarti sekitar 1 dari 22 penduduk mengalami kekurangan energi kronis. Jumlah yang tidak terlihat di permukaan kehidupan kota industri, namun cukup besar untuk memengaruhi kualitas sumber daya manusia.

Peringatan Dini untuk Jetset Ekonomi

Tren ini mengungkap jurang ketimpangan pangan di wilayah dengan kontribusi ekonomi tinggi. Harga pangan yang bergejolak, pendapatan rumah tangga yang tak stabil, hingga akses makanan bergizi yang timpang menjadi faktor yang perlu diurai.

Pertanyaannya: apakah Kabupaten Bekasi benar-benar aman pangan? Atau justru tengah menuju ancaman laten yang berbahaya bagi generasi kerja masa depan?

Pemerintah daerah mungkin punya pekerjaan lebih besar dari sekadar angka: memastikan industri yang megah tak menyisakan warganya dalam kondisi kurang gizi di tengah limpahan pembangunan.

Ikuti Kami di GOOGLE NEWS

Simak berita seputar Bekasi di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Gobekasi.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VarakafA2pLDBBYbP32t. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *