Kota Bekasi – Sebuah video berdurasi sekitar satu menit 30 detik beredar luas di Facebook. Tampilannya menyerupai breaking news televisi: grafis dramatis, narasi tegang, dan klaim peristiwa besar. Video itu menyebut telah terjadi ledakan bom di Tol Jakarta–Cikampek, tepatnya di KM 19 dekat Bekasi, yang hampir menewaskan mantan Menteri Kesehatan RI Siti Fadilah Supari.
Dalam narasi video, disebutkan bahwa bom rakitan berkekuatan tinggi dipasang di bawah mobil Siti Fadilah Supari dan diledakkan menggunakan pengendali jarak jauh.
Ledakan digambarkan menghancurkan kendaraan, melukai korban secara serius, dan membuatnya dirawat kritis di ruang ICU sebuah rumah sakit swasta. Video itu bahkan menyebut polisi telah menetapkan peristiwa tersebut sebagai percobaan pembunuhan berencana yang dikaitkan dengan klaim “pembongkaran mafia farmasi”.
Masalahnya, seluruh klaim itu tidak pernah terjadi.
Tidak ada laporan resmi dari kepolisian, pengelola jalan tol, rumah sakit, maupun media arus utama mengenai ledakan bom di Tol Jakarta–Cikampek dengan korban Siti Fadilah Supari.
Tidak ada penutupan jalan, tidak ada olah tempat kejadian perkara, dan tidak ada pernyataan institusi negara yang mengonfirmasi insiden sebagaimana diklaim dalam video tersebut.
Video tersebut merupakan konten manipulatif—memanfaatkan format siaran berita untuk membangun kesan kredibel, padahal isinya tidak didukung fakta.
Narasi yang digunakan menggabungkan unsur ketakutan, kekerasan, dan figur publik dengan sejarah kontroversi, sebuah pola yang lazim dalam penyebaran disinformasi.
Nama Siti Fadilah Supari memang kerap muncul dalam berbagai unggahan media sosial bernuansa konspiratif. Ia sering dikaitkan dengan isu “mafia farmasi”, kritik terhadap industri kesehatan global, hingga narasi perlawanan terhadap kekuatan besar yang dianggap menekan kebenaran.
Pola ini membuat namanya mudah dijadikan simbol korban dalam cerita-cerita rekayasa.
Unggahan yang menyertai video itu memperkuat narasi emosional dan ideologis. Bahasa religius, klaim pengorbanan, serta diksi seperti “dibungkam”, “jihad membuka kebenaran”, dan “target bukan cuan” digunakan untuk membangun simpati sekaligus kemarahan publik.
Strategi ini lazim dalam hoaks politik dan kesehatan: memancing emosi agar penonton tidak sempat memverifikasi kebenaran informasi.
Dalam praktik jurnalistik, peristiwa sebesar ledakan bom di jalan tol nasional—terlebih melibatkan mantan menteri—mustahil luput dari liputan luas dan pernyataan resmi. Ketidakhadiran sumber kredibel menjadi indikator utama bahwa informasi tersebut tidak valid.
Fenomena video ini kembali menegaskan satu hal: format visual yang meyakinkan tidak menjamin kebenaran isi. Di era media sosial, hoaks tidak lagi tampil sebagai pesan berantai sederhana, melainkan dikemas menyerupai produk jurnalistik profesional.
Pakar literasi digital berulang kali mengingatkan, publik perlu bersikap kritis terhadap konten yang mengklaim peristiwa besar tetapi hanya bersumber dari satu unggahan media sosial.
Verifikasi silang ke media arus utama dan kanal resmi lembaga negara menjadi langkah dasar sebelum mempercayai atau menyebarkan informasi.
Dalam kasus ini, narasi “ledakan bom Tol Japek” yang disebut hampir menewaskan Siti Fadilah Supari bukanlah peristiwa nyata, melainkan cerita fiktif yang dikemas sebagai berita. Sebuah pengingat bahwa di tengah banjir informasi, kehati-hatian publik menjadi benteng terakhir melawan disinformasi.
Berikut narasi dalam video unggahan tersebut:
“Tragedi mengerikan di jalan tol Jakarta cikampek pagi ini. mobil dokter jantung terkenal dan mantan Menteri kesehatan RI, dokter siti fadilah supari, meledak hebat tepat di KM 19 dekat pintu keluar Bekasi. Menurut ahli bahan peledak, bom rakitan berkekuatan tinggi dengan pengendali jarak jauh dipasang dibawah kolom mobil. Ledakan dahsyat menghancurkan mobil menjadi serpihan, api dan pecahan beterbangan puluhan meter. Dokter siti fadilah supari mengalami luka parah, patah tulang banyak, luka bakar dan cedera dalam. Saat ini beliau berada di ruang ICU RS Siloam kelapa dua dalam kondisi kritis. Para dokter sedang berjuang menyelamatkan nyawanya. Polisi menetapkan kasus ini sebagai percobaan pembunuhan berencana. Sehari sebelum ledakan ini, dokter siti fadilah supari memberikan wawancara eksklusif kepada wartawan kami dan membongkar kebenaran mengejutkan tentang mafia farmasi dan sistem kesehatan dunia. Kebenaran yang tambaknya menjadi alasan mengapa nyawanya ingin direnggut. Apa yang sempat beliau katakan sebelum mereka mencoba membungkamnya selamanya, dengarkan baik-baik. “Kalau anca masih sering ke apotek, bersiaplah untuk pemakaman sendiri. Industry farmasi itu mafia.””
Video tersebut juga disertai narasi:
“mantan menkes siti fadilla msh aja jd target..ga puas apa dulu dimasukin bui difitnah cm demi bela dan lindungi rakyat indonesia.. skrg dia msh jihad membuka kebenaran malah dijadikan inceran target.. Ya Alloh yg terbaik utk ibu siti fadhila, jika ibu meninggal surga sudah menanti ibu, ibu org baik..jujur dan lurus ga mudah ditundukkan dgn aturan2 salah yg merugikan rakyat ya hanya demi cuan.. Inilah mantan menteri yg targetnya bukan cuan ga akan mudah di setir dan dibukam..”
Ikuti Kami di GOOGLE NEWS
Simak berita seputar Bekasi di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Gobekasi.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VarakafA2pLDBBYbP32t. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.












