Kisah Penggali Kubur di TPU Pedurenan Bekasi, Serba Susah Musim Kemarau dan Hujan

  • Bagikan
Awal Bulan, Jumlah Jenazah Covid di TPU Pedurenan Bertambah 24
Lahan Pemakaman Jenazah Covid-19 di TPU Pedurenan, Kota Bekasi. Foto: Gobekasi.id

Masa Pandemi Covid-19 menjadi kisah tersendiri bagi para penggali kubur. Sebabnya karena proses penggalian liang lahat jenazah bertambah drastis, khususnya di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pedurenan, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi.

Koordinator Lapangan Penggalian Kubur TPU Pedurenan, Yanto, mengisahkan bahwa proses penggalian kubur di sana meningkat drastis. Hal itu menyusul wilayah kerjanya itu menjadi lokasi pemakaman bagi pasien positif Covid-19 dan pasien terdiagnosa atau penyakit khusus.

“Setiap hari ada jenazah Covid-19 yang dikuburkan. Beda dengan umum. Kadang itu per hari jenazah Covid-19 ada lima, sementara umum cuma satu,” kata Yanto kepada gobekasi.id di TPU Pedurenan, Jumat (25/9/2020).

Bahkan, kata Yanto, jumlah jenazah Covid-19 serta terdiagnosa kekinian lebih besar dibandingkan dengan jenazah umum yang akan dimakaman di TPU Pedurenan. Terlebih, jenazah yang terkonfirmasi corona harus di segerakan proses pemakamannya.

“Jadi waktu itu kan tidak ada batasan waktu, kita kerja 24 jam. Malem kita kerja, pernah waktu itu ada khusus pemakaman Covid-19 pukul 00.00 malam, bankan dini hari pernah. Beda dengan umum,” ujarnya.

Beruntungnya, beberapa waktu kebelakang, Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengeluarkan kebijakan tentang pemakaman corona. Dimana waktu pendaftaran saat ini dibatasi sampai dengan pukul 19.00 WIB malam.

“Jadi sekarang kita kalau malam tidak (menguburkan jenazah), paling pagi-pagi banget gitu, jam enam atau tujuh. Kalau terus dibiarkan kasian teman-teman (penggali kubur) bisa drop (turuh) stamina (kesehatannya),” katanya.

Yanto menjelaskan, kondisi lahan di TPU Pedurenan menjadi kendala. Misalnya saja jika masuk bulan kemarau seperti beberapa bulan lalu. Tanah di sana mengeras dan susah digali.

“Pacul kadang kalah sama tanah. Sering banget rusak pacul itu. Makanya kadang kita kalau mau gali liang lahat itu disiram dulu pakai mesin diesel. Siramin air yang banyak biar mudah, itu juga lama nggak sampai bawah,” ungkapnya.

Kondisi berbalik jika pada musim penghujan. Tanah di TPU Pedurenan itu justru banyak menampung air apabila Yanto dan kawan-kawan melakukan proses penggalian.

“Jadi kalau musim hujan itu airnya banyak, dalamenya jadi ada air. Itu sih kendala kami sebenarnya. Kalau jenazah Covid itu kita gali bera dengan umum, bisanya kan dua meter, kita lebihin 20 sentimeter karena itu kan ada peti,” sambung Yanto.

Proses penggalian pun, saat ini para petugas tidak melulu memakai Alat Pelindung Diri (APD). Sebab, para petugas gali mengaku tidak kuat jika harus dipaksakan memakai APD saat proses penggalian.

“Tapi saya pastikan aman, karena tugas kita kan hanya menggali saja belum proses penerimaan jenazah ke liang lahat. Kalau itu kita tentu pakai APD, tapi kalau gali tanah pakai APD dipastikan tidak kuat, 5 menit saja tidak kuat,” tutur Yanto.

Di TPU Pedurenan, lahan penguburan jenazah terkonfirmasi Covid-19 terbagi dari beberapa lahan. Untuk pemakaman pasien Covid-19 bagi umat non muslim berada di Blok B. Sementara umat muslim itu ada di dua blok yaitu, D dan K.

Data per, Kamis (24/9/2020) kemarin. Jenazah dengan pasien covid mencapai 130 orang. Sementara pemakaman dengan penyakit menular atau khusus secara protokol sebanyak 256 orang. Sehingga jika di total keseluruhan sampai saat ini ada sebanyak 386 orang.

“Untuk blok B (pemakaman) non muslim masih tersedia. Sementara kalau lokasi pemakaman umat muslim pada Blok D sudah penuh. Dan blok K masih bisa menampung. Sekarang blok K itu sudah hampir ada 100 orang,” pungkasnya.

(FIR)

  • Bagikan