Kota Bekasi – Ketua RW 04 Kelurahan Bojong Menteng, Kecamatan Rawalumbu, Kota Bekasi Hasan Kanung, angkat bicara soal keluhan warga terkait dugaan pencemaran air sumur yang sempat viral di media sosial.
Ia membenarkan adanya keresahan warga yang mengeluhkan air berbau dan menimbulkan rasa gatal setelah digunakan.
Menurut Hasan, persoalan ini bermula dari laporan warga yang mencium bau menyengat di sekitar lingkungan. Setelah dilakukan pengecekan, sumber bau diduga berasal dari aktivitas di area dapur MBG yang berada di sekitar permukiman.
“Awalnya memang saya tidak tahu pasti. Cuma melihat dari media saja. Tapi setelah turun ke lapangan, memang ada gejolak warga karena air sumurnya diduga terkontaminasi limbah MBG,” ujar Hasan, Jumat (31/10/2025).
Ia menjelaskan, warga pertama kali mengeluh karena bau menyengat di sekitar lingkungan. Keluhan tersebut kemudian disampaikan ke pihak terkait untuk ditindaklanjuti.
“Dari bau itu kita sampaikan kepada pihak terkait. Mereka langsung melakukan penyedotan air limbah yang diduga dari MBG. Setelah itu sempat rapi, tapi beberapa hari kemudian warga kembali mengeluh air sumurnya keruh, bau, dan bikin gatal,” katanya.
Hasan menambahkan, sebanyak lima kepala keluarga (KK) dilaporkan terdampak langsung. Warga yang rumahnya berdekatan dengan pagar pabrik menjadi yang paling merasakan dampaknya.
“Kalau laporan ke saya saat ini ada lima KK. Mereka yang lokasinya paling dekat dengan pagar pabrik,” jelasnya.
Pihak Dinas terkait juga sudah turun tangan untuk mengambil sampel air dan melakukan uji laboratorium.
“Sudah ada yang datang dari instansi untuk mengambil sampel air. Kita masih menunggu hasil lab-nya,” ungkap Hasan.
Hasan menuturkan, aktivitas SPPG atau MBG di kawasan tersebut baru berlangsung sekitar dua bulan terakhir. Awalnya, tidak ada persoalan karena pihak perusahaan sudah mengurus izin lingkungan dan mendapat persetujuan domisili.
“Pertama awalnya tidak ada polemik. Karena mereka juga sudah minta izin lingkungan. Tapi karena ada dampak bau dan air jadi keruh, akhirnya warga bereaksi,” katanya.
Lokasi pabrik MBG sendiri berada di tengah area pabrikasi milik PT BMA yang masih aktif. MBG disebut menempati area tersebut dengan status kontrak.
“Mereka ngontrak di lokasi PT BMA. Kalau BMA sendiri sudah lama di situ dan sebelumnya tidak ada masalah,” jelasnya.
Hasan menegaskan, warga sebenarnya tidak menolak keberadaan perusahaan di wilayahnya selama aktivitas industri tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
“Warga cuma minta jangan sampai dirugikan. Air jangan tercemar, bau jangan ada lagi. Itu saja. Karena sebenarnya tenaga kerja di MBG juga banyak dari warga kami sendiri,” pungkasnya.
Ikuti Kami di GOOGLE NEWS
Simak berita seputar Bekasi di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Gobekasi.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VarakafA2pLDBBYbP32t. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.














