Bekasi — Lonjakan kasus diabetes di Indonesia memasuki fase yang mengkhawatirkan. Penyakit yang selama ini identik dengan usia lanjut itu kini banyak dijumpai pada kelompok usia muda. Para dokter menyebut kondisi ini sebagai “bom waktu kesehatan” yang dapat memicu beragam penyakit kronis lain.
Di Primaya Hospital PGI Cikini, Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Deasy Natalia Adriana, mengingatkan bahwa diabetes merupakan “mother of diseases” karena kerusakan yang ditimbulkannya menjalar ke banyak organ penting.
“Diabetes bukan hanya soal gula, tapi penyakit yang menyerang pembuluh darah di seluruh tubuh,” ujarnya, Sabtu (15/11/2025).
Angka Terus Menanjak
Secara global, diperkirakan 1 dari 8 orang dewasa akan hidup dengan diabetes pada 2050. Indonesia menjadi salah satu negara dengan beban tertinggi di Asia Tenggara: lebih dari 20 juta penduduk hidup dengan diabetes, dan jumlah itu diprediksi melonjak menjadi 28,6 juta pada 2045 jika tidak ada langkah korektif.
Fenomena yang kini jadi sorotan adalah meningkatnya kasus pada kelompok usia muda. Data 2022 mencatat 13.311 kasus diabetes tipe 1 terjadi pada pasien di bawah 20 tahun. Sementara data IDF 2025 menyebut 90 persen penderita diabetes di Indonesia adalah tipe 2—jenis yang kuat dikaitkan dengan pola hidup tidak sehat.
“Saya pernah menangani pasien usia 27 tahun dengan diabetes tipe 2,” kata Deasy. “Kurang aktivitas, konsumsi gula dan lemak berlebihan, serta stres, membuat usia mudapun rentan mengalami komplikasi.”
Memahami Gejala dan Pemicu
Diabetes merupakan gangguan metabolik ketika tubuh gagal menggunakan atau memproduksi insulin secara normal. Pada tahap awal, gejala klasik 3P—sering buang air kecil, mudah haus, dan mudah lapar—kerap diabaikan.
Deasy menjelaskan diabetes pada usia muda dapat muncul sebagai DMT1 akibat faktor autoimun, DMT2 akibat kombinasi genetik dan gaya hidup, serta bentuk langka seperti MODY dan diabetes neonatal yang dipicu kelainan gen tunggal.
Faktor risiko diabetes terbagi dua: yang tidak bisa diubah seperti keturunan dan usia, serta faktor yang dapat dikendalikan seperti berat badan, pola makan, kebiasaan merokok, hipertensi, dan aktivitas fisik.
Skrining: Menangkap Dini, Menghambat Dampak
Meski tak dapat disembuhkan, diabetes bisa dikendalikan. Deasy menekankan pentingnya skrining rutin untuk mendeteksi gangguan sedini mungkin. Di Primaya Hospital, pemeriksaan dilakukan melalui konsultasi penyakit dalam, laboratorium, dan edukasi gaya hidup.
Di sisi lain, pencegahan jangka panjang tetap bertumpu pada gaya hidup sehat: pola makan seimbang, menjaga berat badan, membatasi gula, olahraga 150 menit per minggu, tidak merokok, tidak minum alkohol, serta rutin memeriksa kadar gula darah.
“Menjaga kesehatan bukan soal berobat saat sakit,” kata Deasy. “Ini tentang menjaga keseimbangan tubuh setiap hari sebagai investasi jangka panjang.”
Ikuti Kami di GOOGLE NEWS
Simak berita seputar Bekasi di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Gobekasi.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VarakafA2pLDBBYbP32t. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.













