Bekasi  

Terminal Bekasi Dikepung Arus Nataru, Lonjakan Penumpang Naik dan Ujian Kesiapan Transportasi

Aktivitas di Terminal Bekasi
Aktivitas di Terminal Bekasi

Kota Bekasi – Arus penumpang yang tiba di Terminal Induk Kota Bekasi mulai menebal sejak beberapa hari terakhir. Menjelang libur panjang Natal dan Tahun Baru (Nataru), wajah terminal berubah: bus datang nyaris tanpa jeda, ruang tunggu dipenuhi koper dan tas besar, sementara petugas sibuk mengatur arus kendaraan yang keluar-masuk.

Data pengelola terminal mencatat jumlah penumpang yang tiba meningkat sekitar 10 persen dibanding hari biasa. Angka itu mungkin terlihat moderat, namun bagi Terminal Bekasi—salah satu simpul transportasi utama di wilayah penyangga Jakarta—kenaikan tersebut menjadi sinyal awal dari tekanan yang lebih besar dalam beberapa hari ke depan.

Bekasi bukan sekadar kota tujuan. Ia adalah pintu masuk bagi jutaan mobilitas manusia dari berbagai daerah. Terminal Induk melayani trayek antarkota dan antarprovinsi dari Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga Sumatra. Setiap musim liburan panjang, terminal ini selalu menjadi barometer pergerakan masyarakat menuju Jabodetabek.

“Trayek dari Jawa Tengah dan Jawa Timur masih mendominasi kedatangan,” kata salah satu petugas terminal. Bus dari Solo, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, hingga kawasan Pantura Jawa datang dengan tingkat keterisian tinggi. Dari Sumatra, arus juga mulai meningkat, meski belum sepadat trayek Pulau Jawa.

Kepala Dinas Perhubungan Kota Bekasi menyebut lonjakan kedatangan ini masih terkendali.

“Jumlah penumpang yang datang naik sekitar 10 persen dibanding hari biasa. Ini tren tahunan menjelang libur panjang,” ujarnya Minggu (28/12/2025).

Namun pengalaman tahun-tahun sebelumnya menunjukkan, ketenangan semacam ini sering bersifat sementara.

Puncak arus kedatangan diperkirakan terjadi dua hingga tiga hari menjelang Tahun Baru, ketika masyarakat memilih datang lebih awal untuk menghindari kepadatan ekstrem pada malam pergantian tahun.

Di sisi lain, lonjakan penumpang belum diiringi penambahan armada bus secara signifikan. Pengelola terminal mencatat jumlah bus relatif stabil, tetapi tingkat keterisian penumpang di setiap armada meningkat tajam. Artinya, beban pelayanan bertumpu pada optimalisasi armada yang ada, bukan pada penambahan kapasitas.

Kondisi ini menimbulkan pertanyaan klasik yang selalu muncul setiap musim liburan: sejauh mana kesiapan fasilitas dan manajemen terminal menghadapi lonjakan beruntun? Terminal Bekasi selama ini kerap dikritik soal kepadatan, kenyamanan ruang tunggu, hingga pengawasan terhadap calo tiket.

Pihak pengelola bersama Dinas Perhubungan mengklaim telah menyiapkan langkah antisipasi. Penambahan petugas lapangan, pengaturan arus kendaraan di dalam area terminal, serta pengawasan jadwal kedatangan dan keberangkatan bus disebut menjadi fokus utama pengamanan Nataru.

Namun di tengah arus manusia yang kian padat, tantangan tak berhenti pada soal teknis. Keselamatan penumpang, keteraturan lalu lintas, hingga praktik percaloan tetap menjadi pekerjaan rumah yang berulang setiap tahun.

Pengelola terminal mengimbau penumpang membeli tiket melalui loket resmi dan menjaga barang bawaan selama perjalanan. Imbauan yang sama terus diulang, namun efektivitasnya kerap kalah oleh situasi lapangan yang padat dan terburu-buru.

Lonjakan arus Nataru ini kembali menegaskan posisi Bekasi sebagai simpul strategis mobilitas nasional. Di satu sisi, ia menunjukkan denyut ekonomi dan pergerakan sosial yang hidup. Di sisi lain, ia menjadi ujian tahunan bagi pemerintah daerah: apakah pengelolaan transportasi publik benar-benar siap menghadapi lonjakan, atau sekadar berharap semuanya “masih terkendali” sampai liburan usai.

Ikuti Kami di GOOGLE NEWS

Simak berita seputar Bekasi di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Gobekasi.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VarakafA2pLDBBYbP32t. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

(Syafira Y.M)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *