Kota Bekasi – Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumurbatu Kota Bekasi mengalami kelebihan beban dan tak memungkinkan dikelola dengan pola open dumping atau dibuang menumpuk dengan ketinggian seluruh zona telah mencapai 15-20 meter.
Tumpukan sampah melebihi batas ini telah mencapai taraf mengenaskan dan berpotensi membahayakan menyusul peristiwa longsor akibat hujan deras beberapa waktu lalu.
Akibatnya beberapa fasilitas menjadi terganggu seperti jalan di area sekitar terpaksa ditutup karena pagar pembatas roboh, fasilitas Pengelolaan Air Limbah Domestik (PALD) mengalami kerusakan parah.
Lahan TPA seluas 21 hektar, kini tak lagi memadai guna menampung volume sampah yang melebihi 1500 ton per hari.
Menanggapi itu, Dosen Universitas Islam (Unisma) 45 Bekasi DR HM Harun Al Rasyid mengusulkan perlunya rekonstruksi pengolahan sampah khususnya menyangkut kebiasaan buang sampah.
Sejauh pemahaman Harun, persoalan sampah bukan perkara teknologi melainkan kesadaran masyarakat memilah sampah saat membuang.
Pasalnya, secanggih apapun teknologi menurut lelaki 60 tahun ini, tetap tak menyelesaikan persoalan sampah terutama dari sisi efektivitas.
Guna mengatasinya, pria berkacamata ini meminta kepala daerah melakukan intervensi dan komitmen menginstruksikan jajarannya bersosialisasi hingga tingkat komunal.
“Model link pengelolaan sampah berbasis RW atau hulu harus serentak dan konsisten dilaksanakan sehingga di tingkat hilir berlangsung mudah,” usulnya.
Harun menambahkan penanganan sampah harus bersifat komprehensif karena pemerintah tidak bisa jalan sendiri, butuh melibatkan publik.
Di tingkat kota, sebagai solusi awal mengatasi tumpukan terbuka dengan risiko longsor, kebakaran dan dampak lingkungan serta kesehatan masyarakat sekitar TPA, maka upaya sanitary landfill menurut Harun harus segera dilaksanakan dengan membuka area baru.
Sambil berjalan Harun menyampaikan Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi, harus berani menentukan langkah besar mencanangkan teknologi tinggi pengolahan sampah agar tidak lagi tergantung lagi pada TPA Sumurbatu.
Ada dua tantangan besar yang harus dituntaskan. Pertama, menerapkan sistem pengelolaan sampah teknologi tinggi yang bisa mengolah persoalan 1500 ton per-hari menjadi zero waste.
Kedua, bagaimana teknologi tinggi tersebut mampu merecovery ratusan ribu ton sampah yang telah menggunung.
Dari banyak kajian, teknologi PLTSa merupakan alternatif paling memungkinkan dijalankan. Teknologi ini menjadikan sampah menjadi energi listrik, BBM dan gas.
Walau begitu, Harun mengingatkan ada soal lain saat sumber daya tadi terbentuk. Di banyak daerah harga listrik dari sampah lebih mahal dari yang normal sehingga dibutuhkan aturan khusus bagi PLN saat membeli.
“Misal, PLN biasanya beli per-KWH seribu rupiah, menjadi Rp1500, kan khawatir jadi temuan kenapa membeli yang lebih mahal,” katanya.
Akan lebih bijak—saran Harun—bila sumber listrik, BBM dan gas itu digratiskan untuk masyarakat.
Hal lain, pria kelahiran 1965 ini menyarankan Pemkot Bekasi melibatkan perguruan tinggi guna memberikan kajian komprehensif pengelolaan sampah.
Ikuti Kami di GOOGLE NEWS
Simak berita seputar Bekasi di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Gobekasi.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VarakafA2pLDBBYbP32t. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.