Opini  

Hibah 100 Juta per RW: Antara Harapan Baru dan Tantangan Transparansi

Ilustrasi Kota Bekasi malam hari
Ilustrasi Kota Bekasi malam hari

Kota Bekasi – Bayangkan sebuah RW di Pondok Gede, Bekasi. Bertahun-tahun, saluran air mampet dan jalan berlubang menjadi langganan keluhan warga. Proposal perbaikan sudah dikirim berulang kali ke kelurahan, tapi birokrasi berlapis membuat persoalan sederhana berubah jadi masalah tahunan.

Baru setelah ada program hibah Rp100 juta per RW, persoalan itu bisa ditangani cepat. Drainase diperbaiki, pompa penyedot air dibeli, dan genangan yang dulu menakutkan kini berkurang drastis.

Contoh ini memperlihatkan wajah baru tata kelola anggaran di tingkat paling kecil. Dana hibah bukan sekadar angka, melainkan instrumen perubahan yang dampaknya langsung terasa.

Masyarakat kini tidak lagi bergantung penuh pada keputusan birokrasi kota. Mereka bisa bermusyawarah, menentukan prioritas, lalu mengeksekusinya. Inilah esensi demokrasi partisipatif yang kerap hanya berhenti di seminar atau dokumen perencanaan.

Dampak Nyata di Lapangan

Di Bintara, RW yang dulu kewalahan menghadapi persoalan sampah kini mampu membangun bank sampah dan membeli mesin pencacah kompos. Sampah organik diolah jadi pupuk, sementara sampah anorganik dijual untuk kas RW. Lingkungan lebih bersih, ekonomi kecil pun berputar.

Di Jatiasih, taman bermain anak yang dulu terbengkalai kembali hidup. Lampu tenaga surya dipasang, ayunan diperbaiki, dan sore hari kembali riuh oleh tawa anak-anak. Warga tidak lagi menunggu proyek APBD besar yang seringkali melupakan kebutuhan dasar mereka.

Selain dampak sosial, program ini juga memberi efek ekonomi mikro. Pedagang bahan bangunan, tukang lokal, hingga jasa transportasi ikut merasakan manfaat. Uang berputar di tingkat warga, bukan tersedot ke kontraktor besar semata.

Menjawab Kelemahan Program Konvensional

Selama ini, banyak proyek pemerintah justru melahirkan infrastruktur mati: gedung megah tapi sepi, taman indah yang tidak terawat, atau jalan baru yang cepat rusak karena asal-asalan. Akar masalahnya adalah perencanaan top-down yang seringkali tidak sinkron dengan kebutuhan masyarakat.

Hibah Rp100 juta per RW mencoba membalikkan logika itu. Warga diminta bermusyawarah, menentukan prioritas, lalu menjalankan. Pemerintah kota hanya berperan sebagai fasilitator dan pengawas. Dengan demikian, setiap rupiah yang dibelanjakan benar-benar diarahkan untuk menyelesaikan masalah nyata: banjir, sampah, penerangan, hingga ruang publik.

Risiko dan Tantangan

Namun, di balik potensi besar ini, risiko penyalahgunaan dana tidak bisa diabaikan. Rp100 juta per RW per tahun adalah jumlah yang sangat rawan jika tidak diawasi. Warga mungkin berdebat tentang prioritas, atau lebih buruk lagi, dana bisa bocor karena praktik koruptif kecil-kecilan di tingkat lokal.

Wali Kota Tri Adhianto sudah menyiapkan mekanisme: proposal, laporan kegiatan, dan pertanggungjawaban transparan. Tapi kita tahu, sistem sebaik apapun bisa runtuh jika budaya integritas tidak ditanamkan. Di sinilah tantangan terbesar: bagaimana memastikan partisipasi warga bukan hanya formalitas, melainkan benar-benar menjadi instrumen pengawasan sosial.

Program hibah Rp100 juta per RW adalah sebuah terobosan. Ia menjawab problem klasik birokrasi yang lamban sekaligus mengembalikan hak warga untuk menentukan nasib lingkungannya sendiri. Tetapi keberhasilan jangka panjang tidak hanya ditentukan oleh cepatnya realisasi proyek, melainkan juga oleh seberapa kuat mekanisme akuntabilitas dijaga.

Bekasi kini berada di persimpangan. Jika program ini berhasil, kota ini bisa menjadi model demokrasi partisipatif yang nyata, di mana kepercayaan pemerintah pada warganya melahirkan solusi konkret dari bawah. Namun jika gagal diawasi, hibah ini bisa berbalik menjadi sumber masalah baru: korupsi mikro, konflik internal RW, hingga program yang hanya berhenti pada proyek fisik tanpa kesinambungan.

Pada akhirnya, Rp100 juta per RW bukan sekadar dana. Ia adalah ujian: apakah Bekasi mampu membangun kota bukan hanya dengan beton dan aspal, tetapi dengan kepercayaan, kejujuran, dan gotong royong warganya sendiri.

Ikuti Kami di GOOGLE NEWS

Simak berita seputar Bekasi di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Gobekasi.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VarakafA2pLDBBYbP32t. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *