Bekasi  

PP Aisyiyah Damping 40 Balita di Ciketing Udik Bantar Gebang Untuk Perbaikan Gizi

Kota Bekasi – Sebanyak 40 balita di Kelurahan Ciketing Udik, Bantar Gebang, Bekasi menjadi penerima manfaat program pendampingan gizi dari PP Aisyiyah bersama YAICI.

Program ini menyasar balita dengan kondisi stunting, wasting, serta satu anak yang terdeteksi tuberkulosis (TBC) dan satu anak lain yang tinggal bersama keluarga penderita TBC.

Mayoritas orang tua penerima manfaat bekerja sebagai pemulung, sehingga akses mereka terhadap makanan sehat bergizi masih terbatas. Salah satu ibu rumah tangga, Siti (34), mengaku selama ini rutin memberikan susu kental manis kepada anaknya sebagai tambahan gizi.

“Setiap hari, saya kasih susu kental manis minimal 3 kali. Saya kira itu sudah cukup buat nutrisinya,” ujarnya.

Ia baru mengetahui dari pendampingan gizi dan kader posyandu bahwa kental manis bukan susu, melainkan lebih banyak mengandung gula.

Program ini mendapat dukungan pendanaan dari LazisMu dan Dompet Dhuafa. Selama dua bulan, pendampingan dilakukan oleh kader posyandu, dengan skema 1 kader mendampingi 4 penerima manfaat.

Kegiatan yang dilakukan antara lain edukasi cara membuat menu makanan sehat, pemantauan tumbuh kembang anak, serta kunjungan ke rumah keluarga penerima manfaat.

Pendampingan ini diharapkan bisa membantu orang tua mengolah bahan makanan sederhana menjadi menu sehat. Melalui program ini, PP Aisyiyah dan YAICI berharap angka stunting di Ciketing Udik dapat ditekan, serta kesadaran masyarakat mengenai gizi seimbang semakin meningkat.

Sebelumnya, Sosiolog Universitas Indonesia Dr. Erna Karim, mengatakan, kesalahan konsumsi kental manis yang masih terjadi di masyarakat harus dihadapi dengan langsung menjangkau kelompok sasaran.

Ia mencontohkan, program pendampingan yang digagas oleh Aisyiyah dan YAICI adalah satu langkah untuk mengatasi keterbatasan informasi di masyarakat.

“Program pendampingan gizi secara langsung akan mempunyai dampak secara langsung. Hal ini sangat efektif dan perlu terus ditingkatkan, karena sasaran susu kental manis adalah kelas menengah bawah yang gaptek,” jelas Erna.

Lebih lanjut, Dr. Erna menyebut Keterlibatan masyarakat seperti yang dilakukan Aisyiyah dapat menjadi kunci keberhasilan menangani persoalan gizi dan kesehatan.

Berbekal kadernya yang karena mereka memahami kebutuhan komunitas dan mampu membangun kepercayaan, sehingga pesan kesehatan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.

“Mereka menjadi jembatan yang menghubungkan informasi dari tenaga kesehatan dan akademisi ke keluarga-keluarga, menciptakan perubahan nyata di komunitas, terutama bagi kelompok yang sulit dijangkau,” ungkap Erna.

Ikuti Kami di GOOGLE NEWS

Simak berita seputar Bekasi di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Gobekasi.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VarakafA2pLDBBYbP32t. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *