Bekasi  

Kenaikan Harga Telur Ayam dan Dampak Bagi Peternak

Kenaikan harga telur yang terjadi saat ini rupanya juga berdampak terhadap peternak ayam petelur. Salah satunya dirasakan oleh Ken (54), peternak di kawasan Mustikajaya, Kota Bekasi.

Ken mengatakan kenaikan harga telur sendiri sebenarnya telah terjadi secara gradual sejak beberapa bulan lalu, namun belakangan ini harga telur terus mengalami kenaikan.

Ia mengungkapkan bahwa kenaikan harga teluar saat ini lebih karena faktor demand dan supply.

“Penyebabnya demand dan supply aja, mungkin produksinya dari Jawa Tengah itu banyak diserap. Apalagi populasi ayam ini juga kan sedikit,” kata Ken, Jumat (26/8/2022) dilansir dari TribunBekasi.com.

Ken menyebut bahwa kenaikan harga pakan  sebenarnya sudah lama terjadi.

Dia justru melihat bukan karena harga pakan naik yang membuat harga telur menjadi naik, namun karena memang kebutuhannya lebih tinggi.

Jika berbicara terdampak atau tidak terkait kenaikan harga telur ini, Ken tidak menampik pastinya semua peternak akan terdampak.

Terlebih seperti dirinya yang saat ini menjadi peternak ayam petelur secara mandiri.

Oleh karena itu harga jual telur pun juga ikut naik.

“Otomatis pengaruh lah, naiknya itu gradual, dari Rp 26 ribu ,Rp. 27 ribu, Rp.28 ribu. Kalo saat ini kami menjualnya di harga Rp. 28 ribu, Itu per kilogramnya,” katanya.

Secara garis besar, kata Ken, usaha ternak ayam petelur yang ia rintis secara mandiri lebih dari 30 tahun ini diakui sudah tidak berdampak besar.

Sebab, saat ini dirinya pun hanya memiliki sebanyak 10.000 ekor ayam petelur, dimana setiap harinya hanya bisa menghasilkan produksi telur sebanyak 600 kilogram.

Hal ini berbanding terbalik ketika 20 tahun silam, dimana usahanya kala itu bisa menghasilkan produksi telur ayam sebanyak 4 ton dalam sehari.

Namun, setelah perusahaan konglomerasi masuk ke pasar tradisional membuat hal ini berdampak pada peternak mandiri, sehingga banyak diantaranya bangkrut.

“Khusus petelur prospeknya sudah suram saat ini. Jadi kalo dibilang usaha saya ini sudah tidak berdampak besar. Karena hanya 600 kilogram seharinya. Itupun pendistribusiannya hanya warga sekitar sini saja,” ucapnya. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *