Musibah banjir yang dirasakan ratusan ribu masyarakat Kota Bekasi pada awal tahun 2020 belum usai. Betapa tidak, selain material bangunan rumah dan perabot rumah tangga, tercatat ada sembilan orang yang nyawanya terenggut dalam musibah itu.
Belum usai derita itu, mereka kini harus merasakan kembali bencana banjir untuk kali keduanya, meski tak separah banjir pada awal Januari lalu. Banjir kali ini cukup membuat mereka syok.
Ivan Faisal (31), warga Perumahan Jati Unggul RT 07/19, Kelurahan Kayuringin Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan. Di lokasi ini, warga luput dari sorotan media dan hampir tak tersentuh oleh pemerintah.
Padahal, kata Ivan, ketinggian air di lingkungannya itu hampir sama yang dialami oleh warga di wilayah Jatiasih dan Pondok Gede. Ketinggian air pada awal tahun Januari 2020 itu mecapai empat. Sementara saat ini, banjir mencapai ketinggian dua meter.
“Sejak hujan itu kami (warga) bersiap karena memang melihat hujan lebat pada dini hari tak kunjung berhenti,” kata Ivan, Selasa (25/2/2020).
Ia menjelaskan, air mulai memasuki pekarangan rumahnya itu sejak pukul 05.00 WIB. Disaat itu pula ia mulai mengamankan barang-barang berharga di rumahnya mulai dari baju, perabot rumah tangga dan peralatan elektronik.
Trauma Saat Hujan Turun
Ivan mengaku mengalami trauma berat akibat banjir pada awal tahun itu. Setiap hujan turun ia tak mampu tertidur pulas dan memilih bergadang. Apalagi, setelah pemerintah setempat memperpanjang status siaga darurat bencana hingga maret mendatang.
“Beberapa hari ini jarang tidur ya, karena kan memang setiap malam, setiap hari itu hujan, enggak tenang hidup,” tutur Ivan.
Ivan juga tak luput memantau group Whats App dimana banyaknya broadcast pemberitahuan siaga satu atas meningginya permukaan air Kali Bekasi. Siaga satu itu terjadi sejak pada hari Jumat pekan lalu.
“Itu setiap hari ada broadcast siaga satu lah, siaga empat dan siaga tiga. Jadi setiap hari saya pantau group whatsaapp dengan sesekali emantau perkiraan cuaca dari BMKG melalui android,” jelas dia.
Perilaku itu sejatinya tak biasa ia lakukan. Namun, untuk memastikan kondisi tetap aman mau tak mau ia harus memantau seluruh pemberitahuan baik dari lingkungan melalui group whatsapp maupun dengan inisiatif memantau perkiraan cuaca di BMKG.
“Ya saya enggak mau lagi kebanjiran, perabot habis. Kebetulan juga kan punya mesin rousting kopi. Ini salah satu usaha saya, saya makan dari sini. kemarin itu mesinnya kebanjiran ya rusak,” ujarnya.
Ogah Beli Perabot Rumah Tangga Sampai Status Tanggap Darurat Selesai
Warga lainnya, Nuniek sampai hari ini enggan membelanjakan perabotan rumah tangga. Pasalnya, pascabanjir awal tahun lalu, nyaris seluruh perabotan di rumahnya itu rusak akibat terendam banjir.
Barang-barang Nuniek tak dapat diselamatkan lantaran saat itu ia bersama keluarga pergi keluar kota. Nuniek sendiri tak menyangka jika rumahnya itu bakal terendam banjir.
“Karena biasanya kan enggak banjir, banjir pertama itu tahun 2007 lalu. Enggak masuk rumah tapi, nah ini kaget kemarin awal tahun parah sekarang juga masuk rumah,” tutur Nuniek.
Darisitu, Nuniek mengaku trauma dan enggan mebelanjakan perabot rumah tangga sampai pemerintah menyatakan kondisi baik-baik saja. Paling tidak, saat ini Nuniek masih bisa tertidur dengan alas kasur di lantai dua rumahnya.
“Jadi yang dilantai satu itu habis ya, mulai dari lemari, bupet, elektronik, sofa. Semua kita buang, sekarang enggak mau beli karena memang masih siaga, dan saat ini terbukti banjir lagi,” tutur Nuniek.
Atas hal demikian pula, Nuniek meminta kepada pemerintah untuk serius dalam penanggulangan bencana banjir. Contohnya adalah dengan menangani seluruh folder atau pompa air di Kota Bekasi.

Pantaun dilapangan, seluruh kendaraan milik warga di lokasi setempat tidak ada yang terendam. Warga sudah mengevakuasi kendaraannya masing-masing ke jalan protokol Kota Bekasi, Jalan Jendral Ahmad Yani.
Perumahan yang berdampingan dengan Stadion Patriot Candrabhaga ini juga nampak sepi. Warga telah mengungsi ke rumah sanak saudara. Aliran listrik di wilayah ini juga telah dipadamkan sejak pagi tadi untuk mengindari jatuhnya korban.
(SHY)