Segenggam Harapan Anak Berkebutuhan Khusus

  • Bagikan
Segenggam Harapan Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus bermain di depan atap sekolah luar biasa yang amruk di Taman Wisma Asri, Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat

Pendidikan menjadi modal utama masyarakat menuju kesuksesan, hal ini tentunya diharapakan semua orang tua kepada para anaknya tak terkecuali anak-anak berkebutuhan khusus.

Kegigihan untuk sukses dan mandiri nampak terlihat bagi anak-anak berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa (SLB) tipe C Pariwisata Bundaku.

Hal ini teelihat ketika gobekasi mengunjungi sekolah yang berada di Perumahan Taman Wisma Asri, Kelurahan Teluk Pucung, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (18/10/2019).

Siswa yang hanya berjumlah 15 orang ini mulai masuk sekolah pada pukul 08.00 WIB. Diawali dengan baris-berbaris, guru disanah membina mereka dengan pembukaan bernyanyi bersama dan sedikit permainan.

Konon katanya, begitulah cara guru untuk mendekatkan diri dengan mereka anak berkebutuhan khusus: tak seperti anak normal lainnya.

Anak berkebutuhan khusus lebih senang banyak bermain di sekolah, begitu juga bernyanyi. Mereka lebih cepat menangkap dengan metode pembelajaran itu sebagai awal dari pengenalan lingkungan.

Pembelajaran itu di setarakan dengan siswa yang baru menginjak sekolah dasar sampai dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Walaupun, baru satu siswa yang menginjak bangku SMK. Dia adalah Tarian Putri (17).

Meski menuntut ilmu pendidikan sampai tingkat SMK, bisa dikatakan hanya ada segenggam harapan yang dimiliki para anak berkebutuhan khusus. Pasalnya, mereka tidak mendapat kesempatan pekerjaan.

Padahal pekerjaan adalah salah satu terobosan untuk kebutuhan mereka di masa tua. Hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah kepada para anak berkebutuhan khusus.

Salah satu orang tua siswa di SLB tipe C Pariwisata Bundaku, Reni Feriyana (40) tak menampik hal itu. Ia mengatakan bahwa IQ anak berkebutuhan khusus di bawah rata-rata hingga sulit untuk mencari pekerjaan.

Namun, ia optimis jika anaknya bernama Tarian Putri itu bisa bersikap seperti anak normal lainnya dalam hal kemandirian.

Tarian Putri sudah menuntut ilmu di SLB tipe C Pariwisata Bundaku sejak duduk di bangku kelas satu SMP.

“Anak saya kalau sudah mandiri saja sudah senang saya, enggak muluk-muluk kok,” kata Reni, Jumat (18/10/2019).

Ia berharap pemerintah juga reaktif terhadap anak-anak berkebutuhan khusus terutama ketika mereka para anak berkebutuhan khusus remaja dan menjalani masa tua.

“Usia mereka kan terus bertambah, dan mereka akan menjalani masa tua sehingga kebutuhan ekonomi juga semakin besar, kalau bisa di perjuangkan ada tunjangan bagi mereka,” ujarnya.

Ditempat yang sama, Titi Suratri (50) orang tua dari anak berkebutuhan khusus bernama Ridho Nafindra (14) mendorong agar pemerintah daerah dapat membangun SLB di setiap wilayah.

Pasalnya, saat ini Kota Bekasi hanya mempunyai satu SLB Negeri yang ada di wilayah Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat.

Menurut dia, pembangunan SLB Negeri cukup dinanti bagi orang tua yang mempunyai anak berkebutuhan khusus. Soalnya, untuk meringankan beban biaya sekolah.

“Kita kan juga ingin disamakan seperti sekolah negeri pada umumnya yang gratis, kalau sekarang hanya satu saja di Bekasi Timur. Minimal seharusnya setiap kecamatan ada SLB Negeri,” tutur Titi.

Sejauh ini, Titi harus membayar SPP per-bulan untuk anak tercintanya itu. Putranya yang bernama Ridho itu kata dia telah menempuh pendidikan di SLB tipe C Pariwisata Bundaku selama delapan tahun.

Segenggam Harapan Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus bermain di depan atap sekolah luar biasa yang amruk di Taman Wisma Asri, Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat

“Dari TK sampai sekarang sudah SMP, ya saya harus membayar SPP setiap bulannya. Makanya pembangunan SLB Negeri itu penting menurut kami untuk meringankan ekonomi, SLB di Kota Bekasi sedikit ya, kalaupun ada ya biayanya cukup lumayan,” imbuh Titi.

Pemerintah saat ini dibilang masih mengabaikan undang-undang dasar 1945 pada poin dua sampai lima. Karenanya, ia mendorong pemerintah untuk menyetarakan hak-hak yang sama bagi anak berkebutuhan khusus.

Disisi lain ia juga meminta agar pemerintah menyediakan taman bermain bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Hal itu untuk menjauhkan adanya perbuatan bullying yang selama ini kerap menimpa anak berkebutuhan khusus.

“Kalau disatuin itu (dengan anak normal) belum ramah bagi anak berkebutuhan khusus,” ungkapnya.

Sementara salah satu guru di SLB tipe C Pariwisata Bundaku, Siti Masita menjabarkan suka duka mengajar para anak berkebutuhan khusus.

Selama kurung waktu tiga tahun mengabdi sebagai tenaga pengajar, Siti mengaku banyak mendapat pengalaman dan pelajaran.

“Mengajar kepada anak berkebutuhan khusus itu harus dengan kelembutan dan kesabaran,” katanya.

Menurutnya, kelembutan dan kesabaran itu berbuah manis bagi para siswanya di SLB tipe C Pariwisata Bundaku. Sebab, perlahan mereka dapat menangkap isi pelajaran yang telah di berikan.

“Sudah ada yang bisa nulis, ada yang bisa baca, menggambar. Ada yang bisa nulis tapi enggak bisa baca, ada yang bisa baca tapi enggak bisa nulis juga,” ujar Siti.

Meski demikian, para orangtua di sanah senang lantaran anak-anak tercintanya itu sudah berkembang.

Terlebih, Siti juga mendapati suka yang mendalam. Pasalnya, anak-anak berkebutuhan khusus ini mempunyai hati yang tulus kepada orang tua dan para guru di SLB tipe C Pariwisata Bundaku ini.

“Misalnya saya kasih permen atau kerupuk, itu mereka sudah senang banget, saya senang karena pemeberian saya sangat dihargai walau nilainya tidak seberapa, kalau kami (guru) diam nanti mereka tanya, ‘ibu kenapa sakit ya’,” tukasnya.

Siti juga mengungkapkan jia di SLB tipe C Pariwisata Bundaku terdapat siswa yang mempunyai IQ diatas rata-rata dibanding dengan siswa lainnya. Dia adalah Ahmad Sumantri.

“Kami kasih dia pelajaran sekolah dasar mudah dimengerti tapi hanya sampai pelajaran kelas tiga saja. Anaknya pintar namun sekarang sedang tidak masuk,” ungkapnya.

Kepala SLB tipe C Pariwisata Bundaku, Anggraeni Puspa Sari menambahkan jika pihak sekolah dan yayasan tidak memberatkan administrasi bagi para siswa kurang mampu.

Selama berdiri, SLB tipe C Pariwisata Bundaku membuka peluang bagi siswa kurang mampu bagi anak berkebutuhan khusus untuk tetap menuntut ilmu di sekolahnya.

“SPP di sekolah kami sebesar Rp 500 per-bulan. Namun, kami tidak memberatkan mereka yang tidak mampu untuk membayar secara penuh. Kami terima kadang ada yang kasih Rp 300-200 ribu perbulan,” imbuh dia.

Ia menjelaskan, SLB tipe C pariwisata Bundaku mengedapankan azaz kemanusiaan. Sekolah ini mempunyai jadwal masuk mulai pukul 08.00-11.00 WIB bagi SD/SMP. Sementara bagi SMK mulai pukul 08.00-12.00 WIB.

“Karena kalau untuk SMK mereka ada praktek satu jam. Hari Senin praktek tatagraha, Selasa tata cara merias wajah, Rabu memasak dan Kamis tata busana,” tandansya.

Kekinian diketahui, atap SLB tipe C Pariwisata Bundaku roboh hingga mengganggu aktivitas kegiatan belajar mengajar.

Kondisi robohnya atap bangunan di terjadi sejak 25 September 2019, lalu. Beruntungnya, saat kejadian tidak sedang berlangsung kegiatan belajar mengajar.

Robohnya atap bangunan itu terletak di gudang sekolah tepat samping ruang kelas siswa belajar. Hal itu yang membuat proses KBM di SLB tipe C Pariwisata Bundaku dipindakan ke Pos RW.

Anggareni menyampaikan jika sampai saat ini pihaknya belum mendapatkan bantuan anggaran untuk dilakukan perbaikan bangunan oleh Pemerintah Kota Bekasi. Namun ia memaklumi lantaran sekolahnya belum mempunyai izin operasional.

“Terlebih SLB yang kami tempati ini masih mengontrak habis sampai April 2020. Sementara mengenai atap roboh kami akan pindah mulai Senin (21/10/2019) pekan depan ke Pos RW 11 sampai dengan Juli 2020,” papar dia.

Anggraeri juga mengatakan bahwa saat ini pihak Yayasan Handani selaku pemilik SLB tipe C Pariwisata Bundaku telah mengurus ijin operasionalnya ke Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dan Kota Bekasi.

“Kami sudah mendapatkan arahan dari Disdik Kota Bekasi dan sudah dijalani untuk izin operasionalnya,” ujar dia.

Sebagai informasi, SLB tipe C Pariwisata Bundaku terdapat beberapa tingkat mulai dari Taman Kanak-Kanak sampai dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bagi anak berkebutuhan khsusus.

Sekolah ini didirikan pada tahun 2008 dan beroperasi pada tahun 2012 silam. Sementara bangunan sekolah di perkirakan sudah berusia 35 tahun.

(MYA)

  • Bagikan