Penularan HIV/AIDS Hantui Remaja Bekasi

Penularan HIV/AIDS Hantui Remaja Bekasi
Ilustrasi HIV/AIDS

Remaja berusia 16-24 tahun di Kota Bekasi, Jawa Barat, mulai dihantui penularan virus HIV/AIDS. Penularan penyakit mematikan telah menyasar ratusan remaja akibat hubungan seks bebas dan jarum suntik narkoba.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bekasi, periode Januari-November 2019 telah tercatat 145 remaja positif mengidap HIV. Sementara untuk penyandang Aids tidak ada atau zero untuk tahun ini.

“Data ini kami terima dari bulan Januari hingga Juli 2019 ini,” kata Kabid Pencegahan dan Pengandalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Dezi Sukrawati, Minggu (1/12/2019).

Dalam catatannya, pada tahun 2018 lalu tercatat sebanyak 360 orang dan 2017 ada 544 orang positif HIV. Sedangkan penyandang Aids ada 7 orang untuk tahun 2018 dan 15 orang untuk tahun 2017.

“Kalau rentan usia mulai 16-40 tahun, tapi paling banyak angkatan kerja bahkan mulai menyasar ke usai produktif (remaja), SMP dan SMA sudah ada,” ujarnya.

Dezi menjelaskan jika dilihat data, terjadi penurunan hampir mencapai 50 persen tiap tahunnya untuk kasus HIV/Aids. Hal itu dikarenakan, pemerintah daerah terus berupaya mencegah penularan HIV/Aids dengan menggencarkan penyuluhan ke seluruh lapisan masyarakat khususnya anak-anak muda.

“Kami juga rutin lakukan kegiatan mobile VCT oleh Puskesmas dibantu LSM untuk tes HIV. Biasanya kita lakukan di lokasi populasi resiko tinggi di tempat hiburan malam, karoke, panti pijat, SPA dan lainnya,” ungkapnya.

Pihaknya meminta penderita HIV/Aids agar selalu minum obat antiretroviral (ARV) seumur hidup sehingga virus itu tak menularkan ke orang lain.

Kemudian, diwajibkan untuk melakukan pemeriksaan minimal satu tahun dua kali. Adapun penyebab terjangkit HIV/Aids, dikarenakan perilaku bebas atau seks bebas hingga perilaku menyimpang.

Sebab, itu faktor utama dapat terjangkitnya virus HIV Aids. Ditambah penggunaan jarum suntik bersama bagi pengguna narkoba. Berhubungan badan dengan penderita tanpa kondom, maupun dari air liur.

“Tapi itu semua tidak akan terjadi jika penyandang HIV/Aids rutin minum obat sehingga virusnya pasif. Kalau pasif virus tidak dapat menularkan, makanya penting minum obat tiap hari dan seumur hidup agar mencegah penuluran,” tegasnya.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Tanti Rohilawati menambahkan, mereka yang terjangkit virus HIV tidak bisa disembuh. Maka dari itu ia meminta agar mereka dapat meminum obat antiretroviral (ARV) seumur hidup sehingga virus itu tak menularkan ke orang lain.

“Karena ini tidak bisa sembuh, tapi kan jangan sampai virus ini menyebar,” imbuhnya.

Untuk mendapatkan obat ARV itu, kata dia, mereka yang positif HIV/AIDS bisa ke RSUD Kota Bekasi, RS Elisabeth Bekasi dan RS Ananda Bekasi. Obat ARV itu juga bisa didapatkan secara gratis.

“Karena obat ini kan program pemerintah jadi gratis. Tapi kan harus kontrol dan itu berbiaya. Tapi kalau memang punya jaminan kesehatan bisa gratis juga,” katanya.

Kemudian, masyarakat dapat memanfaatkan layanan tes HIV yang tersedia di Puskesmas maupun di klinik-klinik VCT yang sudah tersedia.

Layanan pemeriksaan itu didapatkan secara gratis jika mereka yang ber-KTP Kota Bekasi. Namun, bagi penderita ODHA yang bukan warga Kota Bekasi, pihaknya akan melihat status keluarga.

“Kalau memang mereka masuk kategori penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), maka kami akan berikan gratis,” jelasnya.

Pemeriksaan ini wajib dilakukan, terutama untuk ibu hamil. Agar ada pencegahan dini sehingga bayinya tidak tertular virus HIV/Aids. Masyarakat juga harus menjaga dan terhidar dari penularan penyakit ini.

(MYA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *