Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Bintang Puspayoga mengunjungi Sekolah Dinamika Indonesia, Ciketing Udik, Bantar Gebang, Kota Bekasi. Kunjungan tersebut dalam rangkaian Hari Anak Nasional Tahun 2020 yang mengusung tema Anak Terlindungi Indonesia Maju.
Dalam kunjungan di sekolah anak pemulung Bantar Gebang, Menteri Bintang didampingi pendiri Lembaga Perlindungan Anak Indoesia, Seto Mulyadi atau beken disapa Kak Seto, serta Staff Presiden Deputi II bidang Pembangunan Manusia, Abetnego Panca Putra Tarigan.
Hadir pula dalam kesempatan itu, Sekretaris Daerah Kota Bekasi, Renny Hendrawati didampingi Kepala Dinas Perbedayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Bekasi, Riswanti, Kabbag Humas Pemkot Bekasi Sajekti Rubiah dan Camat Bantargebang, Asep Gunawan.
“Kegiatan kita di Bantar Gebang adalah satu rangkaian Hari Anak Nasional yang jatuh pada tanggal 23 Juli 2020. Disini kita memberikan bantuan 1.000 paket pemenuhan kebutuhan spesifik anak, termasuk bantuan alat tulis dan baca,” kata Menteri Bintang Puspayoga, Sabtu (11/7/2020) kepada wartawan.
Dalam penyampaiannya, Bintang mengatakan, Kementerian PPPA memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa perempuan dan anak, khususnya yang masuk dalam kelompok rentan terpenuhi setiap kebutuhan spesifiknya. Kelompok rentan yang dimaksud disini adalah ibu hamil, ibu dengan anak balita, anak, anak berkebutuhan khusus, serta lansia.
“Pemberian paket pemenuhan spesifik ini juga tidak terlepas dari bentuk sinergi jaringan kerja Kementerian PPPA dari dunia usaha, para donatur, dan relawan untuk bersama-sama membantu masyarakat kelompok rentan yang terdampak Covid=19,” tuturnya.
Pada Hari Anak Nasional 2020, Bintang mengajak seluruh stakhoder di saentero nusantara bersama-sama untuk menjadikan momen bahagia pada anak. Ia menyadari betul bahwa anak adalah aset bangsa yang harus dijaga tumbuh kembangnya.
“Tema Anak-Anak Terlindungi Indonesia Maju ini akan menjadi tagline kita dan berlaku untuk anak-anak Indonesia yang jumlahnya mencapai 80 juta termasuk di Bantar Gebang ini. Wajib belajar 12 tahun itu harus mereka kenyam,” imbuh Bintang.
Staff Presiden Deputi II bidang Pembangunan Manusia, Abetnego Panca Putra Tarigan menambahkan, organisasi perlindungan anak di kota/kabupaten Indonesia harus dikuatkan. Kata dia, sejauh ini Kantor Staff Presiden selalu memberi dukungan berkaitan dengan isu anak.
“Kami hadir sebagai bentuk dukungan kuat setiap program anak, setiap anak adalah anak kita, itu yang harus tumbuh dalam jiwa bersama,” tambahnya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kota Bekasi, Renny Hendrawati mengatakan, rasa terima kasih atas kunjungan dan penyaluran 1.000 Paket pemenuhan kebutuhan spesifik anak. Hal itu sangat bermanfaat sekali bagi keluarga dan anak-anak di sekitaran TPST.
“Alhamdulillah dan sangat berterimakasih dengan hadirnya Bu Menteri dan memberikan 1000 paket pemenuhan kebutuhan spesifik anak,” katanya.
Sejauh ini, kata Renny, Pemerintah Kota Bekasi telah melakukan berbagai upaya untuk meminimalisir adanya gizi buruk pada anak. Misalnya adalah dengan melakukan konsolidasi dan konseling. Selain itu, mengentaskan adanya anak putus sekolah dengan membuka pendidikan paket.
“Berbagai upaya sudah kita lakukan, kita bekerjasa dengan Posyandu dan Puskesmas melakukan sweping ke rumah warga. Misalnya ada gizi buruk pada anak kita lakukan konseling hingga menjadi gizi kurang sampai normal. Soal pendidikan dengan usia sekolah didorong agar anak bisa meneruskan pendidikan melulai pusat KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) paket A,B,C,” ungkapnya.
Ditempat yang sama, Kepala Sekolah Dinamika indonesia, Nasrudin menyampaikan bahwa siswa mengenyam pendidikan disanah sebanyak 404 untuk tingkat sekolah dasar. Sementara untuk tingkat taman kanak-kanak (TK) sebanyak 55 siswa.
“Sistem pembelajarannya pun sama dengan sekolah umum, disini ya semua siswa berasal dari anak pemulung, tetapi apabila ada warga yang mau sekolah disini kami tetap terima, ini gratis tanpa biaya,” ujar dia.
nasrudin mengungkapkan, cara berfikir siswa yang berasal dari anak pemulung tidak kalah dengan anak-anak lain. Mereka cepat menangkap apa yang sudah diterangkan oleh para guru.
“Proses KBM tidak ada masalah, mereka cukup menangkap apa yang diterangkan oleh para tenaga pendidik kami,” tutupnya.
(FIR)