Aloysius Bernanda Gunawan, salah satu korban dugaan tindak penipuan program doktoral S3 yang dilakukan oleh BTC mengungkapkan, uang yang telah ia setor diduga digunakan untuk trading.
Hal itu diungkapkan oleh Aloysius, karena terduga pelaku mengaku kepada para korbannya.
“Dia mengumumkan di WhatsApp grup ‘mohon maaf uang kami pakai dan kalah trading komoditi bursa berjangka, saya sudah tidak punya uang dan sebagainya’,” kata Aloysius kepada wartawan Mapolres Bekasi Kota, Jumat (19/4/2024).
Jika ditotal, kata Aloysius, total uang para korban yang digunakan oleh BTC mencapai Rp 6 miliar.
Sebab, ada total 207 orang di gelombang ke-5 yang diduga ditipu BTC.
Selain mengaku telah mengunakan uang para korban, lanjut Aloysius, terduga pelaku juga telah bersiap dengan segala langkah yang diambil oleh korban.
“Orang ini juga sempat bilang di WA grup bahwa dia siap dipenjara, siap diviralkan, saya siap dihujat di media sosial,” ucap Aloysius.
Terkini, Aloysius sudah dimintai keterangan oleh penyidik dan ia pun turut mewakili 85 orang korban dugaan penipuan oleh BTC.
Diberitakan sebelumnya, Aloysius dan ratusan orang lainnya diduga jadi korban penipuan oleh seorang pria berinisial BTC dengan modus melanjutkan sekolah Strata-3 (S3) ke Filipina.
Aksi dugaan penipuan itu terjadi ketika ia ingin melanjutkan sekolah doktoral di media sosial di November 2023.
Ketika mencari informasi tentang perkuliahan di luar negeri, Aloysius melihat iklan di media sosial Instagram dengan penawaran menarik.
“Saya lagi cari informasi tentang doktoral, jadi iklan pada masuk. Terus, di situ (Instagram), saya kontak nomornya,” cerita Aloysius, Senin lalu.
Usai mengontak nomor yang tertera, admin di Instagram lalu memasukkan Aloysius ke sebuah WhatsApp grup. Di sana, ia menemukan banyak informasi menarik.
Tak berselang lama, penyedia program pendidikan itu mengadakan sebuah seminar di bilangan Bekasi.
Dalam seminar yang itu, penyedia program turut mengundang pembicara dari Philiphines Women University (PWU) atau kampus yang rencananya akan dituju oleh korban.
Untuk meyakinkan dirinya, Aloysius lantas mengecek keabsahan seminar yang digelar. Setelah dicek dan memastikan tak bermasalah, korban akhirnya memutuskan diri untuk mendaftar.
Di bulan Desember 2023, Aloysius lalu mendaftar dan masuk ke gelombang 5.
“Akhir Desember, saya dikejar untuk bayar, kalau sampai 31 Desember tidak bayar, 1 Januari sudah harga normal,” kata Aloysius.
“Karena harga normalnya itu Rp 60 jutaan, sementara di website PSU itu sekitar Rp 86-90 juta, sama dia diiming-imingi beasiswa, beasiswa parsial katanya, jadi cuma bayar Rp 30 juta,” ucap dia lagi.
Merasa berkesempatan melanjutkan pendidikan dengan biaya murah, ia akhirnya membayar Rp 30 juta.
Uang itu ia bayar dengan sistem pembayaran dua kali, yakni di tanggal 14 dan 18 Desember 2023.
Setelah membayar, lanjut Aloysius, ia dibuat curiga karena pada bulan Januari, korban tak kunjung mendapat kepastian kapan dirinya akan berangkat ke Filipina.
Kecurigaan juga timbul karena ada puluhan orang yang juga mendaftar program doktoral dan bahkan penyedia program mengalihkan dirinya ke kampus Asian University International (AUI) di Malaysia.
“Di situ kami mulai pada komplain. (Total korban) 207 orang. Dari berbagai daerah, saya sempat tanya, ada yang dari Aceh, Medan, bahkan Papua, Manado hingga Kalimantan,” katanya.