Hidup menumpang di atas tanah negara menjadi kenyataan pahit bagi satu keluarga di Babelan, Kabupaten Bekasi. Dalam satu gubuk reyot yang tidak layak huni, mereka harus bertahan dengan kondisi ekonomi yang sangat terbatas.
Gubuk tersebut dihuni oleh 15 orang yang terdiri dari lima kakak beradik beserta anak-anak mereka. Mereka hidup berdesakan dengan fasilitas yang minim dan kondisi yang jauh dari kata layak.
Yang lebih miris, beberapa anak dalam keluarga ini terpaksa putus sekolah karena keterbatasan ekonomi. Salah satu anak yang kini berusia 19 tahun bahkan hanya mampu menyelesaikan pendidikan hingga tingkat sekolah dasar.
Sementara itu, seorang anak lainnya yang diperkirakan berusia 8 tahun juga tidak pernah mengenyam pendidikan formal. Di sisi lain, seorang anak yang telah lulus SMK masih berjuang mencari pekerjaan.
Meskipun hidup dalam kondisi sulit, keluarga ini tetap mengutamakan semangat gotong royong. Dari lima kakak beradik, hanya saudara perempuan yang sudah menikah, sementara dua saudara laki-laki masih lajang dan satu pria lainnya telah berkeluarga. Mereka semua bekerja bahu-membahu untuk bertahan hidup.
Kisah memilukan ini terungkap saat Dedi Mulyadi berkunjung ke lokasi pasca-banjir yang melanda Kabupaten Bekasi. Melihat langsung kondisi keluarga tersebut, Dedi mengaku terkejut dan prihatin.
Komentar Warganet
Kisah keluarga ini yang tayang di media sosial langsung mendapat perhatian luas dari warganet. Banyak yang merasa prihatin dan menyoroti solusi yang ditawarkan pemerintah.
Berikut beberapa komentar warganet:
@IpulAnwar-i7n “Saya sebagai asli orang Babelan dan anak dari penjual di pasar Babelan, memang sangat memprihatinkan masih banyak warga yang hidup seperti ini. Baru kali ini ada pemerintah yang sadar dan melek terhadap warga Babelan.”
@endrajoni6322 “Saya sudah bertahun-tahun tinggal di Babelan, baru kali ini ada gubernur yang peduli sama warga Babelan…”
@MangSomo “Ayo viralkan sampai ke pelosok negeri ini! Ini contoh kepala daerah yang peduli dengan rakyatnya.”
@ardyomahesa435 “Kang Dedi… Pasar Babelan memang dari awal dibangun sudah banyak yang janggal. Dari pengelolaan manajemennya sampai banyak preman berkedok tukang parkir dan keamanan. Sebaiknya, menurut saya, pasar ini diaudit dan diganti pengurusnya dengan yang lebih kompeten.”
Kisah ini menjadi pengingat akan kondisi sosial yang masih membutuhkan perhatian dan solusi nyata dari pemerintah serta berbagai pihak terkait.
Ikuti Kami di GOOGLE NEWS
Simak berita seputar Bekasi di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Gobekasi.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VarakafA2pLDBBYbP32t. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.