Didik Gunardi Pilot NAM Air, Jadi Penumpang Sriwijaya Air SJ 182 untuk Ambil Pesawat dari Pontianak ke Surabaya

  • Bagikan
Suasana di depan kediaman Captain Didik Gunardi, Seni (11/1/2021). Foto: Gobekasi.id
Suasana di depan kediaman Captain Didik Gunardi, Seni (11/1/2021). Foto: Gobekasi.id

Captain Didik Gunardi rupanya merupakan Kopilot NAM Air. Warga yang tercatat tinggal di Perumahan Vida Bumi Pala, Mustika Jaya, Kota Bekasi, ini rupanya hanya menjadi penumpang pada pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta pada, Sabtu (9/1/2021) siang.

Keluarga semula tak menyangka bahwa Didik Gunardi masuk dalam daftar manifest pesawat Sriwijaya Air SJ 182. Hal itu dikemukakan oleh kakak kandung Captain Didik, Inda Gunawan (57).

Didik semula disebut-sebut sebagai Captain sekaligus Kopilot Sriwijaya Air SJ 182. Keluarga korban lantas syok mendengar kabar tesebut.

Akhirnya, Inda mencoba untuk menenangkan keluarga sekligus meyakinkan bahwa adik bungsunya itu merupkan Kopilot di NAM Air yang merupakan anak maskapai Sriwijaya Air.

“Saya menenangkan keluarga lagi di jalan setelah mendengar kabar, berusaha tidak panik, sabar, (karena) Didik itu nggak di Sriwijaya Air, tapi di NAM air. Setelah kami berdua sampai rumah. Baru didatengin adik. Karena kan (rumah) bersebelahan,” jelas Inda saat ditemui wartawan di kediaman captain Didik, Senin (11/1/2021).

Adik Inda kemudian menjelaskan kepadanya bahwa Captai Didik merupakan penumpang pesawat yang jatuh di Kepulauan Seribu. Didik dikabarkan mendapat tugas untuk mengambil pesawat di Bandara Supadio, Pontianak untuk dibawa ke Surabaya pada Minggu (10/1/2021) pagi.

“Dek Didik sebagai penumpang. Masuk dalam daftar manifes Sriwijaya air. Karena mau bawa pesawat Nam Air dari Pontianak ke Surabaya atau Solo gitu, itu jadwalnya hari Minggu pagi,” terangnya.

Inda dan keluarga yang mendengar penjelasan itu kemudian mencoba mencari tahu daftar manifestasi. Setelah mendapat konfirmasi Didik sebagai penumpang, pihak keluarga perlahan menerima kenyataan.

“Saya cari daftar manifes. Setelah ketemu baru. Otomatis semua pasti terpukul, syok apalagi istrinya, anaknya, bapaknya. Semua saudara syok bahkan tetangga di kampung juga,” ungkap Inda.

Inda pun akhirnya bergegas dari kampung halamannya, di Pekalongan, Jawa Tengah, menuju Kota Bekasi. Bagi Inda, adik bungsunya itu merupakan sosok yang mandiri, cerdas, dan religius.

“Kalau dibandingkan tiga saudara yang ada itu dia paling cerdas. Baik dari segi akademis maupun agamis,” imbuh Inda.

(FHP)

  • Bagikan