Pebayuran Kebanjiran, Lahan Pertanian Terganggu

Penampakan lahan pertanian di Desa Karang Harja, Kecamatan Pebayuran bak lautan akibat jebol tanggul kali citarum. Foto: Gobekasi.id
Penampakan lahan pertanian di Desa Karang Harja, Kecamatan Pebayuran bak lautan akibat jebol tanggul kali citarum. Foto: Gobekasi.id

Empat Desa di Kecamatan Pebayuran terendam banjir akibat jebolnya tanggul Kali Citarum pada, Sabtu (20/2/2021) malam. Hingga Selasa, (23/2/2021) empat desa di sana masih direndam air dengan ketinggian dua meter.

Banjir luapan air Kali Citarum itu memporak porandakan sejumlah fasilitas umum dan fasilitas sosial. Lima rumah warga dikabarkan ambruk akibatnya derasnya air.

Bahkan tidak sedikit lahan pertanian yang terdampak. Beruntungnya, sebelum air Kali Citarum masuk ke permukiman warga, jauh hari sebelumnya warga telah memanen padi.

“Nah kemarin itu, kami para petani sudah mulai menanam kembali padi, sekarang banjir begini semunya hancur,” kata Muhammad Soleh (29), warga Kampung Pacing Bedeng RT 01/05, Desa Sumber Sari, Kecamatan Pebayuran, Kabupaten Bekasi, Selasa (23/2/2021) kepada gobekasi.id.

Soleh mengatakan, banjir akibat jebolnya tanggul tersebut berdampak pada Desa Sember Urip, Desa Karang Segar, Desa Karang Harja dan Desa Karang Haur.

“Desa kami pun hampir kena, Minggu (21/2/2021) malam, air sudah mulai naik, dan hampir masuk ke permukiman. Kami warga gotong-royong membuat bendungan di perbatasan desa,” ujarnya.

Ia tak memungkiri bahwa banjir akibat tanggul yang jebol sangat berdampak pada pertanian di Pebayuran. Bukan saja pada pertanian padi, namun juga bibit unggul bahan makanan seperti cabai, terong dan banyak lainnya.

“Dampak besar seklai tentutnya, karena warga di Pebayuran mayoritas adalah petani, menggantungkan hidup dari bertani,” imbuh dia.

Soleh mengungkapkan, sejatinya wilayah Pebayuran adalah salah satu daerah yang aman dari ancaman banjir. Selama ia tinggal, baru dua kali banjir melanda wilayahnya tersebut.

“Pertama itu pernah tahun 2007, ada tiga titik tanggul yang jebol,” ugkapnya.

Kendati begitu, air yang masuk tidak terlalu deras lantaran ada tiga titik. Beda halnya tanggul yang jebol satu titik di Kampung Babakan Banten, Desa Sumber Urip, Kecamatan Pebayuran tahun ini.

“Kalau yang jebol tiga mungkin tidak sederas ini airnya, dan ini cuma satu titik yang jebol makanya air kencang seperti pintu air, jadi air kali cxepat sekali masuk ke permukiman warga. Disini kalau cuma hujan lebat itu nggak pernah banjir, tahun kemarin (2020) juga tidak banjir,” jelas dia.

Atas hal demikian, Soleh meminta kepada pemerintah untuk melakukan normalisasi Kali Citarum dan perbaikan secara menyeluruh tanggul-tanggul yang rawan jebol.

“Kalau bisa tanggulnya itu lebih ditinggikan lagi, dibenerin secepatnya biar kami warga lebih aman dan nyaman dalam bertani,” pungkasnya.

(FIR)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *