IAM 98 Sebut Pemilu 2019 Gagal

Ilustrasi Pemilu
Ilustrasi Pemilu

Ikatan Aktivis Mahasiswa 98 (IAM 98) menyoroti proses Pemilihan Umum 2019 yang kali pertama dilakukan untuk memilih legislatif dari tingkat kota/kabupaten, provinsi sampai pusat dan anggota DPD serta Pemilihan Pasangan Presiden dan Wakil Presiden.

Wakil Ketua IAM 98, Ismed Matahari mengaku banyak menemukan kesemrawutan yang terjadi di Pemilu 2019 ini.

Komisi Pemilihan Umum (KPU), kata Ismed, sebagai penyelenggara pemilu patut dipertanyakan kredibilitas dan profesionalitas. Sebab menurutnya, banyak hal yang dianggap lemah dan cenderung tidak siap dalam menjalankan amanat UU serta mewujudkan pesta demokrasi yang jujur, adil, langsung, umum, bebas dan rahasia.

“Kekisruhan sudah terjadi sejak awal penetapan DPT, dimana masih terdapat pemilih Ganda. Bahkan, pemilih yang sudah wafat masih tercantum dalam DPT, hal yang tidak wajar dalam Pemilu kali ini adalah orang gila atau penyandang disabilitas mental mendapatkan hak pilih,” kata dia, Minggu (21/5/2019) kepada GoBekasi.ID.

Menurut pria yang tinggal dibilangan Bekasi Barat ini, KPU juga telah mengabaikan prinsip rahasia dalam pelaksanaan.

Contohnya adalah Kotak Suara yang terbuat dari Kardus dinilai sangat rawan rusak dan mudah rusak, baik disengaja ataupun tidak disengaja. Hal ini terbukti dengan banyaknya Kotak Suara yang rusak dalam pendistribusian terlebih pada saat cuaca hujan.

“Bahkan kerahasiaan telah ternoda dengan adanya surat suara yang tercoblos, diberbagai wilayah termasuk kejadian di Malaysia yang sempat viral di Media Sosial, ada pula video dimana seseorang dengan santai duduk sedang mencoblos tumpukan Surat Suara diluar TPS. Bahkan seorang oknum petugas TPS dengan sengaja mencoblos Surat Suara yang bukan haknya di Boyolali,” papar dia.

Mirisnya lagi, kata sambung Ismed, distribusi logistik hingga teknis pelaksanaan Pemilu di lapangan tidak memperhatikan durasi waktu pelaksanaan yang sangat panjang dari lagi hari sampai malam hari. Bahkan, tidak sedikit yang sampai waktu subuh.

“Hal tersebut mengakibatkan stamina para petugas TPS dan saksi menjadi lemah. Bahkan sampai memakan korban meninggal dunia di Bekasi,” ujarnya.

Kesalahan input yang diakui oleh KPU sendiri menyebabkan ketidak percayaan rakyat. Hal itu berakibat KPU dianggap telah melakukan kecurangan.

Dengan banyaknya kendala dan masalah di lapangan, Ismed menyebut jika Pemilu 2019 gagal. Bahkan, ia mengatakan Pemilu 2019 paling brutal sepanjang sejarah kehidupan berbangsa dan bernegara Republik Indonesia.

“Bila semuanya dilakukan secara sistematis, teratruktur dan masih oleh pihak kepentingan lain. Demi kelangsungan kehidupan berdemokrasi, maka jalan satu satunya adalah Pemilu 2019 khusus Pemilihan Presiden diulang dan segera mengganti penyelenggara pemilu, jika perlu meminta dunia internasional menjadi pengawas pelaksanaan Pilpres Ulang,” pungkasnya.

(MYA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *