Bekasi  

Tren Covid-19 Naik Usai Lebaran, Dinkes Kota Bekasi Usul Jumlah Sekolah Tatap Muka Tak Ditambah

Proses KMB Tatap Muka perdana di SMP Negeri 2 Kota Bekasi, Senin (22/3/2021). Foto: dok.humas
Proses KMB Tatap Muka perdana di SMP Negeri 2 Kota Bekasi, Senin (22/3/2021). Foto: dok.humas

Dinas Kesehatan Kota Bekasi mengusulkan agar jumlah sekolah yang menggelar Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) secara tatap muka agar tidak ditambah untuk sementara.

Hal ini lantaran kasus Covid-19 mengalami tren kenaikan usai libur panjang Lebaran. Demikian disampaikan Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bekasi Dezy Sukrawati.

“Kami menyarankan pembelajaran tatap muka di Kota Bekasi itu tidak usah dulu ditambah,” kata dia, Selasa (25/5/2021).

Dimana diketahui jika Dinas Pendidikan Kota Bekasi telah membuka kembali sekolah yang menggelar pembelajaran tatap muka. Sedikitnya terdapat 262 untuk tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.

Ratusan sekolah tatap muka ini diberikan izin karena dianggap memenuhi syarat adaptasi kebiasaan baru di satuan pendidikan.

“Yang ditetapkan sebagai sekolah tatap muka jalanin dulu saja yang itu, sambil melihat perkembangan kasus. Jika ditemukan kasus, kegiatan sekolah dihentikan dulu,” kata Dezy.

Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Bekasi Krisman Irwandi menyampaikan belum berencana menambah adaptasi tatanan hidup baru (ATHB)-Satuan Pendidikan (SP) setelah libur Lebaran ini, meski ada permohonan dari sekolah.

“Yang mengajukan banyak, tetapi kami harus memperhatikan keselamatan,” kata Krisman.

Sebelumnya, Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi menyampaikan, ada tren kenaikan kembali kasus aktif Covid-19 di wilayahnya setelah masa libur Lebaran 2021.

“Senin lalu kita ada penurunan (jumlah RT dengan kasus Covid-19), terakhir 128. Pasca-Lebaran ini, ada peningkatan, naik sekitar 31 RT atau 2,12 persen menjadi 150 RT,” ungkap Rahmat.

“Faktornya pasti, mutasi orang, pasti mutasi orang atau ada trasmisi si pembawa. Makanya besar kemungkinan di era Lebaran ini adalah fase ke luar kota, pulang kampung,”sambung dia.

Menurut Rahmat, pemerintah daerah sekarang sedang mengidentifikasi sumber kenaikan kasus tersebut. Apakah akibat mudik atau sebab lain.
“Enggak mungkin dia (kasus) enggak ke mana-mana. Pasti ada interaksi dari mana,” kata Rahmat Effendi.

Peningkatan kasus Covid-19 ini berdampak pada bed ocupancy rasio (BOR) di rumah sakit yang dapat merawat pasien COVID 19. Data pekan lalu, rasio keterisian tempat tidur di seluruh rumah sakit baik swasta maupun milik pemerintah sekitar 15 persen. Sekarang naik menjadi 20 persen.

(FIR)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *