STMIK Bina Insani Sulap Sampah jadi Pupuk dengan Teknologi Canggih

STMIK Bina Insani Sulap Sampah jadi Pupuk dengan Teknologi Canggih
STMIK Bina Insani Sulap Sampah jadi Pupuk dengan Teknologi Canggih

Sampah, terutama sampah organik, dapat diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Salah satu olahan sampah organik adalah pupuk kompos. Kebanyakan orang membuat pupuk kompos dengan cara sederhana dan semua prosesnya masih dilakukan secara manual.

Berbeda dengan yang di lakukan Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Bina Insani. Kini, pengolahan sampah menjadi pupuk dapat di lakukan cukup dengan smartphone atau teknologi canggih.

Ketua Hibah Program Kemitraan Masyarakat (PKM) STMIK Bina Insani 2019, Fata Nidaul Khasanah mengatakan, jika pihaknya tengah menyosialisasikan pengelolaan sampah enjadi pupuk berbasis mikrokontroller.

Pada kesempatan ini, STMIK Bina Insani langsung memberikan pelatihan pengelolaan sampah menjadi pupuk berbasis mikrokontroler kepada warga di Perumahan Metland Tambun Cluster Fontania, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Minggu (8/9/2019).

Menurutnya, pelatihan pengelolaan sampah menjadi pupuk adalah tindak lanjut dari kegiatan observasi yang dilakukan pada Januari 2019 dan penyampaian hibah mesin pencacah sampah pada 17 Agustus 2019.

“Sebelumnya kita lakukan penyerahan mesin pencacah, mixer, dan diesel pada 17 Agustus, nah untuk sekarang pelatihannya,” kata Fata.

STMIK Bina Insani Sulap Sampah jadi Pupuk dengan Teknologi Canggih
Foto bersama warga di Perumahan Metland Tambun Cluster Fontania, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat bersama STMIK Bina Insani

Ia menjelaskan, mesin pencacah sampah dan mixer atau pencampur sampah dari Kemenristekdikti telah diberikan sentuhan teknologi oleh tim peneliti dari dosen STMIK Bina Insani. Melalui sentuhan teknologi Internet of Things (IoT) tersebut maka mesin pencacah sampah bisa dioperasikan cukup menggunakan perangkat smartphone.

“Dengan teknologi IoT berbasis Android maka mesin pencacah sampah dan mixer bisa dihidupkan dan dimatikan dari jarak jauh, kita juga bisa atur putaran mesinnya,” lanjutnya.

Selain memberkan inovasi dalam operasional mesin, pihaknya juga memberikan terobosan dalam pengemasan pupuk cair. Dimana sebelumnya warga hanya menempatkan pupuk cair pada sebuah wadah botol air mineral, maka kali ini pupuk cair bisa dikemas dalam wadah yang lebih menarik berupa botol plastik dengan branding yang menarik.

“Jika kemasannya sudah menarik seperti ini maka bisa memberikan nilai tambah untuk bisa dijual secara online. Kita bantu juga untuk pelatihan digital marketing,” kata Fata.

Melalui pelatihan yang diberikan, pihak mitra dan warga juga mendapat pengetahuan tambahan dalam merawat dan menggunakan mesin pencacah dan mesin mixer.
Keunggulan pengelolaan sampah dengan mesin ini adalah pengelolaan sampah yang dilakukan lebih cepat dan meningkatkan produksi.

“Dalam kegiatan ini semuanya terlibat, dosen dan mahasiswa terjun lapangan ke mitra dan masyarakat,” tukasnya.

Di tempat yang sama Sondi Budihardjo selaku Mitra Penilitian PKM STMIK Bina Insani mengaku bertermikasih dengan diberkannya bantuan hibah mesin pencacah sampah. Menurutnya bantuan berupa mesin dan pencacah sampah sangat bermanfaat.

“Kita jadi bisa memanfaatkan sampah seperti daun kering dan sisa makanan yang dikelola menjadi pupuk kompos dan pupuk cair,” kata Sondi.

Menurutnya, warga di Cluster Fontania biasanya memiliki pohon buah di depan rumah mereka seperti pohon jambu, dan pohon mangga. Bahkan, ada beberapa warga yang berinisiatif untuk menanam sayur mayuran untuk keperluan mereka sendiri.

“Ada juga yang rajin menanam sayuran seperti bayam, cabe, dan kangkung. Dengan pelatihan ini nantinya composter yang menghasilkan pupuk bisa untuk keperluan sendiri dan juga bisa untuk dijual,” lanjutnya.

Sementara itu, Wakil Ketua STMIK Bina Insani, Didik Setiyadi berharap agar program penelitian yang dilakukan oleh dosen-dosennya bisa memberi manfaat kepada masyarakat luas.

Lebih dari itu, penelitian mengenai pengelolaan sampah juga bisa menjadi pemicu semangat dosen-dosen lain agar lebih berinovasi dalam memberikan pengambidan kepada masyarakat.

“Hasil penelitian ini semoga bisa diimplementasikan kepada masyarakat. Dosen yang lain juga harus lebih semangat dalam inovasi yang dapat diberdayakan kepada masyarakat secara berkelanjutan,” harap Didik.

(MYA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *