Menutup akhir tahun 2024, penyair Pulo Lasman Simanjuntak (63) mempersembahkan dua sajak terbaik dalam format dwi bahasa (Indonesia-Inggris).
Dua sajak ini, yang terpilih dari 20 karya yang ditulis sepanjang tahun 2024, berjudul Mata Puisi dan Sajak Tahun 2024. Kedua sajak ini juga telah diterjemahkan langsung oleh pianis dan komponis Ananda Sukarlan.
Ananda Sukarlan, yang sebelumnya mengangkat puisi Pulo Lasman Simanjuntak berjudul Menulis Puisi Untuk Presiden—episode dua menjadi sebuah tembang puitik—kembali mengalihkan karya Pulo Lasman ke dalam bentuk yang lebih luas dan mendalam.
Berikut adalah dua karya puitik tersebut:
MATA PUISI
Pulo Lasman Simanjuntak
1//
menghitung hari-hari
nyaris buta (cemas !)
seperti puisiku yang menua
diselimuti asap kabut
dari pinggiran kota berawan
terus kususuri menuju
rumah ibadah
untuk mukjizat kesembuhan
di atas mimbar kesucian
membawa juga tubuhmu
digerogoti ulat-ulat beracun
dari dalam tanah basah
airmata terus berdarah
2//
sebelum aku merangkul
pekabaran tiap dinihari
rajin gerak badan di tikungan jalan
mulutku yang membusuk
telah menelan rakus
ribuan potong daging haram
ratusan ikan dari selokan
bahkan sering disuguhkan minuman biang gula
dari perkebunan teh yang tumbuh liar
di sekujur tubuhku
3//
maka kuputuskan( tiba-tiba !)
mata puisi ini
harus berlari ke rumah duka
disuntik obat mata dosis tinggi
lalu jadilah aku menjelma
jadi seorang tukang sihir
yang tak mampu melihat sinar matahari berdiri
tegak tiap pagi
4//
pada malam ini
sesudah hujan dan petir bertandang di pekarangan rumah
gelap gulita
harus kuselesaikan
membaca kitab suci
dengan mata kiri
menari-nari sendiri
aku harus kuat, pesanmu
sampai nanti kita bisa bertemu lagi
di hamparan langit baru
tanpa ada lagi
tangisan membuta
atau penyakit menular
sudah dimatikan seekor ular
damailah hati ini
Jakarta, Januari 2024
SAJAK TAHUN 2024
Pulo Lasman Simanjuntak
serpihan waktu purba
dihembuskan-
dari seonggok kesepian
babak belur di sudut hati tercemar pergulatan berkepanjangan
cemas
mengerikan
mematikan, katamu dengan suara kurus kering
kemelaratan ada disetiap
ujung akhir tahun
tak mau dicatat
dalam sajak
berabad-abad
percakapan
tak kunjung sembuh
tengoklah
roh siapa harus dibakar
api kekal
di atas kaki dian
selalu menyala
tak pernah padam
meskipun ditiup angin
musim kemarau
cuaca basah
semuanya tak kunjung selesai
sampai tutup dan buka tahun
seperti ada penghakiman liar
mengambang
dilepas semua jabatan
ditikam pisau pertempuran
biarlah
waktu terus berlari
hidup harus berserah
sampai kita tiba
di lautan kaca
dengan nama penyair
tak berbuah
Jakarta, Kamis 4 Januari 2024
Biodata
Pulo Lasman Simanjuntak, dilahirkan di Surabaya, 20 Juni 1961. Pendidikan terakhir di Sekolah Tinggi Publisistik (STP/IISIP). Menulis puisi pertama kali berjudul IBUNDA, dimuat di Harian Umum KOMPAS pada bulan Juli 1977.
Karya puisinya telah dibukukan dalam 7 buku antologi puisi tunggal, dan 35 buku antologi puisi bersama para penyair di seluruh Indonesia. Karya puisinya juga sudah dimuat di 23 media cetak (koran, suratkabar mingguan, dan majalah) serta dipublikasikan pada 231 media online dan majalah digital, baik di Indonesia maupun di Malaysia.
Sering diundang baca puisi, baik di Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cafe Sastra Balai Pustaka, dan sejumlah tempat komunitas sastra di wilayah Jabodetabek. Bekerja sebagai wartawan, dan bermukim di Pamulang, Kota Tangerang Selatan.
Puisi-puisi tersebut menjadi penutupan yang penuh makna untuk tahun 2024, dengan kedalaman pesan yang mengajak kita untuk merenung lebih dalam tentang kehidupan dan waktu.
Ikuti Kami di GOOGLE NEWS
Simak berita seputar Bekasi di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Gobekasi.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VarakafA2pLDBBYbP32t. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.