Korban Kanjuruhan Jadi “Martir” Perdamaian Sepak Bola

Supoter Aremania. Foto: Instagram @tragedi1.oktober
Supoter Aremania. Foto: Instagram @tragedi1.oktober

Dunia sepak bola sedang berduka. Tragedi 1 Oktober 2022 menjadi catatan pahit, dimana ratusan jiwa berguguran, sedulurku Aremania di Stadion Kanjuruhan, Malang.

Tagline #SepakBolaTakSehargaNyawa menyelimuti sosial media. Tragedi itu bahkan bukan saja menjadi perhatian Indonesia. Tapi, dunia. Ini menjadi momok bangsa.

Saya mungkin tak menguasai betul tentang regulasi sepak bola. Namun, kekinian kita sama – sama tahu bahwa banyak diperlukan perubahan dalam pelaksanaan olahraga nomor satu di dunia ini.

Pemerintah, PSSI, Klub, harus segera berbenah. Pemerhati sepak bola, dan suporter Indonesia bertugas mengawal, secara radikal !

Perubahan sangat penting bagi sepak bola Indonesia. Kemajuan sepak bola bukan saja dilihat dari kemampuan para punggawa lapangan, tetapi dari banyak aspek lainnya.

Ingat, yang meninggalkan kita itu bukan saja soal suporter Aremania, mereka adalah suporter bagi tim nasional, mereka sedulur, mereka rakyat, mempunyai misi yang sama bagi sepak bola Indonesia.

Baru – baru ini pula, bulu kuduk saya berdiri, ketika melihat nyaris di semua sosial media. Suporter dari seluruh penjuru kota melakukan aksinya, menyanyikan lagu berjudul Sampai Jumpa karya band kenamaan Endank Soekamti.

Kematian mereka amat berharga. Mereka: korban Kanjuruhan menjadi “Martir” perdamaian sepak bola. Jadi jangan sia – siakan kepergian mereka. Kita semua harus bersepakat, tidak adalagi rival antarsuporter.

Tenanglah sedulurku …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *